Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Cincin Jadi Satu

2 Desember 2021   02:01 Diperbarui: 2 Desember 2021   02:03 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kupandang bahasa cintamu. Kupegang rasa didadamu. Kupeluk asa bersamamu. Aku dan kau. Dua cincin jadi satu.

Tak ada yang salah, cintaku. Ini bukan salah atau benar. Dua hati, sudah sendiri sendiri. Dalam beban dan semakin lelah. Jika bersama lebih mudah, kenapa sendiri?

Ego yang ketakutan. Prasangka yang berlebihan. Curiga yang tak beralasan. Semua hanya sampah. Kadang kita melebihi Kuasa Tuhan. Memastikan prinsip, penjarakan diri. Terkungkung dalam siksa, yang dicipta sendiri.

Buka hati, buka cinta. Jangan cap semua sama. Luka lalu saatnya dikubur. Bersama, satukan nada. Selaras dalam juang bersama. Wujudkan janji, dalam langkah berdua.

Saat Tuhan menyatukan. Apakah harus ditolak? Kebodohan yang dungu. Semesta punya cara. Kenapa ingkar pada jalan Yang Kuasa. Jika kita dalam Takdir Cinta.

Hidup itu memilih. Dengan hati. Bukan dengan prasangka. Apa sulitnya bilang iya. Hanya tiga huruf. Bukti sudah. Apakah kau malu dengan utusan Illahi. Yang datang padamu. Untuk mengangkat Derajatmu.

Cinta ini bukan aku saja. Tulus ini bukan dolanan remaja. Tawaran ini bukan modal dusta, para buaya. 

Sikapmu, kujawab perjuangan untukmu. Aku memang bukan yang terbaik. Tapi aku berusaha menjadi baik. Dalam amanat suci.

Ini aku. Ini caraku. Hargai yang rela berdarah darah untukmu. Ini bukan janji gombal para pembual. Ini juang bersamamu. Karena ada, untuk dirimu. Dan hasilnya, kelak untukmu. Milikilah jerih payah ini, tanpa mengusir yang Mencintaimu. 

Dua cincin jadi satu. Ini untukmu. Sebelum waktu merubah rasa kecewa. Jadi luka baru hingga akhir masa. Pekalah pada nurani. Kau terpilih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun