Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Juwita Hati

28 November 2021   20:47 Diperbarui: 28 November 2021   20:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juwita hati dokpri Eko Irawan

Amanat. Tentang pesan ibuku. Kapan diri ini tunduk. Pada Titah. Karena doa ibuku bilang. Bahagia itu bersamamu. Sang Apsara Juwita Hati.

Kapan lagi, membuat ibuku tersenyum. Disurga sana. Tapi, bukan barang mudah. Perjuangan ini, penuh Lika liku, penuh ujian. Entah apa maksudmu. Kuharus Memeluk duri mawar, berdarah darah. Demi cintamu.

Dirimu, pujaanku. Kau adalah amanat. Tak ada kata revisi. Tak ada kata Protes. Karena pesan ini, terakhir. Harus diperjuangkan. Tanpa kenal menyerah.

Caramu mencintai aku. Jauh dari romansa. Tak seperti sepasang kekasih. Yang Kasmaran. Yang sama sama jatuh cinta. Seolah aku saja. Dan kau sesuka hatimu, kadang membuatku kecewa. Terluka.

Ibuku, kenapa dia. Aku pingin punya kekasih. Aku lelah, jadi kekasih tak dianggap. Aku tak diakui. Mana bahagia itu. Jika diriku serasa tak diterima. Tak dibutuhkan. Tak dihargai. Sampai kapan aku kuat bertahan.

Juwita hati, Kau teka teki. Saat kukeluh kesah, kau jawab kapok. Kau bilang, "salahmu sendiri!" Empatimu seperti membenciku. Agar kupergi. Tapi sorot matamu, bicara lain. Sebuah pengharapan, yang tak kumengerti.

Tuhan, beri aku kekuatan. Untuk mencintainya. Untuk berjuang demi dirinya. Aku tak akan mundur. Karena doa ibu, pasti diridhoi Semesta. Tapi jangan lagi dipersulit. Aku sudah rumit. Tak mampu lagi sakit dan pahit.

Duhai Juwita Hati, Apsara sejati. Mengertilah. Hargailah. Pengorbanan ini, sudah kau lihat sendiri. Kutak bermain main. Ini Tulus. Hidupku untukmu, kurang apa lagi maksudmu. Aku bukan tralala lucumu. Tangis ini sengsara, memikirkan caramu. Mencintai aku.

Malang, 28 November 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun