Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencari Jejak Sang Tumenggung

28 Oktober 2021   21:45 Diperbarui: 28 Oktober 2021   22:27 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini, ada. Karena pernah ada dahulu. Itulah sejarah. Sungguh aku tak tahu. Maka aku mencari. Kisah lama yang ditelan masa. Untuk belajar. Dan memahami. Kejayaan suatu masa.

Sungguh aku tak tahu apa apa. Berawal dari diskusi di beranda warung AE. Tentang suatu makam. Yang terawat. Sang Tumenggung. Siapakah dia? Aku hanya mampu merenung. Dan kembali dalam ketidaktahuan.

Kota ini, kota Malang. Kulahir disini dan hari lahirku diperingati sebagai hari ulang tahun sejarah nasional. Tak salah aku begitu mencintai sejarah. Walau aku hanya sejarawan non akademik. Penulis yang mengabadikan masa. Tanah lahirku.

Kuberdiri disini. Bok Glodok. Menjumpai titik nol kilometer kotaku. Tak istimewa. Hanya tonggak penanda. Nol km. Membayangkan kapan ini jadi istimewa. Seperti titik nol kilometer Jogja. Dan kota kota lainnya. Yang begitu megah.

Tonggak awal. Kembali ketitik nol. Dan aku tak tahu apa apa. Disini. Memandang kampung warna warni. Kampung tridi. Dan kampung biru Arema. Aku benar benar blank, kosong. Mencari makna, dibalik kisah. 

Temenggungan. Pasti dari kata tumenggung. Pejabat penting pada suatu masa. Sang Tumenggung. Jika beliau hidup kembali, dia akan meminta uri uri tanda awal kota Malang. Yang kuasa memerintah, untuk memulai langkah sejarah. Ditepi bok Glodok.

Malang sebelumnya berada di bawah wilayah administrasi karesidenan Pasuruan hingga berdiri sendiri pada 1914. 1 April jadi Hari jadi kota Malang dihitung berdasar pendirian Malang Stadsgemeente yang digagas oleh pemerintah kolonial Belanda. Malangpun berbenah, menjadi Parijs Van oost Java. Romantis bak kota klasik Eropa.

Malang dibangun atas majunya industri rokok dan gula. Malang juga jadi kota para kesatria. Tangsi kolonial jadi penanda. Diujung bok Glodok sebelah sana. 

Cerita sejarah 13 kampung awal dikota Malang. Kidulpasar, Taloon (Talun), Kahooman (Kauman), Leddok, Padeyan, Klojen, Lor Alun, Gadang, Tameengoonhan (Temenggungan), Palleyan (Polean), Jodeepan (Jodipan), Kabalen dan Cooto lawas ( Kota lama).

Malang akhirnya menjadi kotapraja sendiri. Pada saat itu, jabatan wali kota masih dirangkap oleh asisten residen FL. Broekveldt yang kemudian digantikan oleh JJ. Coert hingga terpilihnya Mr. HI. Bussemaker sebagai wali kota di tahun 1919.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun