Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Emban Kosong

27 Juli 2021   01:29 Diperbarui: 27 Juli 2021   01:40 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emban kosong. Laksana rumah tanpa isi. Suami tanpa istri. Tugas memuliakan permata. Namun lepas demi kepuasan nafsu rendah. Bejat seperti binatang. Menjual murah atas nama cinta. Kemudian dicampakan.

Engkau menukar surga untuk nikmat sesaat. Memuliakan lelaki lain atas nama cinta. Sungguh murahan tak berharga. Kau dibayar apa olehnya? Sekarang kemana setelah dia puas menodaimu? Tunjukan dalil apa dasarmu, sungguh kau menodai surgamu, dengan cara terkutuk.

Itu tak bisa dijawab," itu dahulu, Sekarang sudah tobat." Waktu enak diranjang setan apa kau sudah lupa? Bisakah dihapus dengan alasan? Aku bisa kau tipu. Tapi Tuhan yang kau sembah Tahu dan itu tak termaafkan hingga akhirat. 

Kau jadikan kesalahanku sebagai alasan pembenaran. Bahwa selingkuhmu benar. Harus benar. Dan tak bisa disalahkan. Karena kau melakukan dengan lelaki ahli ibadah. Amalnya sundul langit. Sang jagoan diranjang laknat. Tapi kelakuannya binatang. Lelaki itukah yang kau bela?

Kau telah mencampakkan cinta matiku. Kau akan menyesal selamanya. Itu bukan urusanku. Aku sudah berusaha menjaga kehormatanmu. Agar kau selamat hingga surga . Namun yang kau bela dia. Semua kau serahkan untuk dia. Kehormatanmu. Tugasku selesai, karena kau tak bisa menghargai pengorbananku. 

Tak perlu drama. Hidayah berkali datang, dan kau ulang salah yang sama. Boleh kau bohong. Boleh kau dusta. Boleh kau Galang semua manusia dengan sandiwara palsumu. 

Tapi setelah dia puas, kemana dia? Dialah bajingan sesungguhnya, yang menghancurkan hidupmu atas nama cinta. Yang lari tanpa tanggung jawab. Lelaki pengecut yang dilaknat langit bumi. 

Kita beda jalan. Aku tak terima caramu. Kau sudah dinodai. Tiada maaf bagimu. Tak perlu berselisih. Perang akan semakin menyakiti. Kau sudah jadi permata yang lepas. Dari emban kosong. 

Pergi saja bersamanya. Lakukan. Jangan kembali. Jangan banyak alasan. Tak perlu sandiwara. Akui saja, bahwa dia pilihanmu. Aku ikhlaskan dirimu. Jangan usik aku lagi. Aku berdamai dengan bejatmu, karena aku tak akan mengganggumu lagi. Karena ini sudah berakhir. 

Malang, 27 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun