Aku bangga bersamamu. Aku ingin tunjukan pada dunia, Kau kekasihku. Kau pilihan hidupku. Tapi Kapan kau gandeng tanganku.
Aku tahu kau wanita mandiri. Wanita tangguh. Tak perlu dituntun. Kau bisa. Tapi gandeng tangan ini, bukan soal meremahkan ketangguhanmu. Bukan meremehkan kemandirianmu. Ini tanda cinta, bahwa bersama akan kita lalui berdua.
Aku ingin kau akui. Sebagai kekasihmu. Bukan jalan sendiri sendiri. Aku menerimamu. Aku tulus padamu. Tapi kenapa gandeng tangan saja kau tak mau. Malulah kau mengakui. Kau tolakkah kisah kita ini.
Ideal memang perlu. Prinsip memang harus dijunjung. Tapi sampai kapan. Menolak yang memperjuangkanmu. Itu Membuat sedih. Cinta itu bersama. Cinta itu bermanja. Cinta itu romantis. Cinta itu Tanpa alasan. Tanpa mempertahankan ego.Â
Kau tak sedang merebut milik orang lain. Aku milikmu. Tak seorangpun menyalahkan dirimu, jika engkau bersamaku.Â
Kutakhabis pikir dengan caramu. Kita berdua sudah dewasa. Tak inginkah kau mengikat aku. Mempertahankanku. Jika ini takdir, masihkah harus diusir untuk memburu idealmu.Â
Tapi kuhargai caramu. Mungkin kau sedang ukur cintaku. Jika aku mundur pergi, aku akan jadi pecundang. Kau ingin aku tangguh, tanpa berkeluh kesah. Terus maju, untuk hari terindah kelak. Bersama selamanya.
Malang, 23 Juni 2021
Oleh Eko Irawan