Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Hati-hati, SMS Spam Dapat Nomor Seluler Kita dari Mana?

8 Juni 2021   14:29 Diperbarui: 8 Juni 2021   16:45 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpulan screenshoot SMS spam dokpri

Hati hati, itulah langkah yang harus dilakukan jika menerima SMS spam atau SMS berisi informasi yang kebenarannya patut dicurigai. Syah syah saja pihak tertentu berbagi informasi melalui SMS. Sekalipun platform SMS sudah tidak populer, namun via Sms masih digunakan untuk beberapa kepentingan. Cek pulsa misalnya. Menerima SMS, juga sangat jarang dari orang orang yang nomer kontaknya tersimpan dan kita kenal. Kemudahan android sudah merubah pola menggunakan SMS untuk komunikasi, berganti menuju aplikasi wa, atau medsos lainnya. 

Jika SMS yang diterima itu sebuah informasi penting, tentu sangat membantu. Namun coba cek inbox SMS mu. Apakah dari profider selulermu? Atau dari sahabatmu yang masih memakai hp jadoel. Yang aneh, ada SMS tertulis nomer seluler, tapi ngakunya dari profider. Kok aneh? Lembaga atau produser tidak bakalan pake nomer seluler. Mereka pasti menyebutkan nama instansinya. Dan nomer nomer ini nomer acak yang tidak kita kenal siapa mereka. Isi SMS-nya promosi, menawarkan pinjaman dan iming iming hadiah. Aneh. Kita tidak pernah ikut kompetisi atau lomba, tapi kita dinyatakan menang. Kok bisa? Sebenarnya siapa mereka? Apa maksudnya? Dan yang bikin sedih, darimana mereka dapat nomer seluler kita? Adalah pihak tertentu yang sengaja menjual data nomer seluler kita pada pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan SMS spam seperti itu? Iya jika itu informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, namun jika itu untuk tujuan penipuan? 

Berguru pada pengalaman 

Dari semua SMS tersebut, memang ada informasi yang kita butuhkan. Namun prosentasenya lebih banyak SMS sampah. Mereka kadang menelepon dan memberikan informasi, penawaran dan berbagai trik agar kita terpikat dengan progres yang mereka tawarkan. Bagi saya, sepanjang itu informasi penting, tetap saya perhatikan. Namun jika itu penipuan? Ala Mak, kita jadi mangsa empuk mereka. Adakah pengalaman pribadimu sahabat?

Berguru pada pengalaman adalah cara bersikap hati hati saat menerima SMS spam atau telepon dari pihak yang tidak kita kenal. Kasus hipnotis via telepon, bisa terjadi dan korban baru sadar setelah tujuan peneror berhasil. Kerugian tentu diterima pihak korban dan tentunya pihak korban tak bisa berbuat banyak, karena nomer SMS penipu sulit dilacak dan kadang mereka memblokir nomer kita setelah berhasil melakukan aksi tipu daya.

Model penipuan yang harus diwaspadai 

Dari tahun ke tahun, model penipuannya semakin canggih mengikuti tekhnologi dan menggunakan trik baru yang kadang tidak kita sangka. Kadang mereka memasang profil orang yang kita kenal. Seolah olah itu nomer barunya dan minta tranfer pulsa atau pinjam uang. Kondisi psikologis kita kadang digiring agar kita taat dan patuh tanpa berontak untuk mengikuti kemauan mereka. 

Barusan saya ditelpon oleh sebuah perusahaan asuransi yang katanya sudah punya kerjasama dengan pihak bank dimana saya menerima gaji. Mereka telpon berkali kali dan memastikan saya ikut dengan cara menjebak. Mereka tidak sekedar menawarkan product agar konsumen terpikat, namun sudah memastikan wajib ikut. Semula saya disuruh mengucapkan kata akad. Katanya latihan. Konyolnya lagi itu direkam dan hasil latihan yang direkam itu, dibilangnya itu kesediaan saya ikut program dimaksud. Saya digiring dan ditakut takuti dengan resiko yang bisa terjadi jika tidak memanfaatkan asuransi yang mereka tawarkan. Strategi yang super keren, dan sayapun sekarang jadi terjebak ikut program mereka. Mudah mudahan kelak program itu bisa memberikan jaminan real saat jatuh tempo nanti, karena sejak itu saya harus potong gaji hingga masa kontrak berakhir. Jika real terbukti, saya bersyukur karena bisa terima manfaat. Jika nantinya itu penipuan, wow... Sebuah penderitaan panjang dipotong gaji untuk waktu lama hingga pensiun dan ujung ujungnya membuat kaya raya orang yang tidak kita kenal. Konsumen hanya bisa gigit jari dan menyesali tanpa solusi.

Kisah kedua, saya dinyatakan menang sebuah kompetisi terkirim melalui sms. Saya disuruh wa nomer tercantum. Agar percaya, mereka membuat website. Ada legalitas yang ditampilkan. Entah asli atau palsu, tapi mereka sudah ahli memutar balik fakta hingga kita terbujuk percaya. Ada gambar polisi selaku pembina yang memberikan kepastian kebenaran. Ada bukti penerima hadiah. Ada testimoni. Disitu ada nomer yang bisa diklarifikasi. Sangat terpogram dan terstruktur. Nomer klarifikasi menyatakan kebenaran. Sepertinya mereka komplotan yang sudah all out persiapan aksinya. Semua celah sudah dipersiapkan. Uniknya, mereka dapat data pribadi saya dari mana? Padahal saya tidak memasukan data apapun pada mereka, tapi mereka kok punya? Inilah bukti berita viral kebocoran data baru baru ini, bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan komplotan mereka. 

Saya semakin tergiring jauh, dan ujung ujungnya mereka minta transfer sejumlah uang. Aneh bukan, dapat hadiah uang, tapi kita disuruh transfer uang pribadi duluan. 

Saya japri, potong hadiah katanya tidak bisa. Saya minta hadiah separuh nilai, juga tidak bisa. Padahal jika uang itu ada, apa sulitnya potong hadiah tersebut. Atau dibagi setengahnya saja, saya juga tidak menuntut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun