Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Salam Tempel Lebaran: Bonus yang Dutunggu

15 Mei 2021   16:22 Diperbarui: 15 Mei 2021   16:24 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari Facebook Alief Rafi khan

Apakah sekarang Salam tempel lebaran masih ada ya? Ternyata tradisi itu masih ada hingga sekarang. Terutama di kampung pinggiran dan dari kerabat terdekat. Bagi anak anak, salam tempel lebaran adalah bonus yang ditunggu. Biasanya anak anak itu berburu salam tempel lebaran untuk membeli sesuatu yang diinginkannya. Mau minta ortu sungkan dan takut dimarahi. Orang tua kita sebenarnya sudah menganggarkan kebutuhan anak anaknya. Namun anak anak juga punya planning sendiri yang ingin diwujudkannya. Itu sih aku banget dulu kayak gitu. Dan ternyata itu menurun juga ke anak anak saya. Seru juga dan Pat bonus tambahan saat lebaran dan pastinya itu salah satu yang ditunggu anak anak.

Belajar Perencanaan dan mewujudkannya 

Saya kecil dan anak-anak saya melakukan belajar perencanaan dan mewujudkannya dari salam tempel saat lebaran. Kalau anak anak saya, karena cewek ABG, ternyata yang dibelinya dari dalam tempel adalah aksesoris seperti tas dan piranti fashion. Dia beralasan, jika diundang teman temannya dia bisa tampil beda. Dia juga menyisihkan uangnya dalam celengan ayam. Sisanya untuk operasional sekolah onlinenya. Buat beli paket data rutin setiap bulannya. Ternyata gadis kecil saya punya management keuangan dan perencanaan yang baik. Saya bersyukur dia memanage bonus berlebihnya dengan baik. Dari pada anak yang lagi viral beli voucher game online  800ribu di minimarket, konon dapat duwit dengan jalan mencuri uang orang tuanya. Hal tersebut sangat memprihatinkan. 

Bagaimana dengan saya sendiri, salam tempel lebaran yang dahulu saya dapatkan saya gunakan untuk nambahi membeli sepeda. Jaman lagi musim sepeda BMX dulu. Dulu ngirit uang saku dan ditabung setahun lamanya ditambah uang salam tempel, jadilah sepeda BMX. Ditahun berikutnya, upgrade sepeda lagi. Terus tukar tambah tiap tahun hingga dijaman SMA jadilah motor super cup. Sisa saham salam tempel lebaran masa kecil masih berguna hingga sekarang dengan sistem tukar tambah sepeda ke motor, hingga jadi motor matic saya yang sekarang. Walau itu belinya bukan dari salam tempel lagi. Memang jika sudah jadi bapak bapak, apa ada yang mau kasih bonus salam tempel lebaran. Sekarang ganti anak gadis saya yang menerima bonusnya.

Jalin silaturahmi lebaran 

Uang adalah bentuk penghargaan yang lebih berarti bagi anak anak mengenal nilai uang. Anak anak yang tidak mengenal nilai uang, tidak bisa menghargai jerih payah orang tuanya berjuang memperoleh uang. Mereka nuntut barang mahal dan tidak peduli bagaimana caranya. Lebaran selain bermakna silaturahmi, dengan salam tempel merupakan media pembelajaran mengenal nilai uang dan menghargainya. 

Nilai berbagi juga ada didalamnya, sehingga kerabat yang pelit akan jadi catatan diingatan setiap anak. Lebaran bagi orang Indonesia, khususnya di Jawa merupakan puncak dan lambang kesuksesannya di tahun tersebut. Artinya wujud visual setiap keluarga bisa terlihat dengan tampilnya baju baru, rumah dicat lebih bersih, kue kue lebaran dan kemampuan yang bersangkutan memberikan salam tempel kepada anak anak kerabatnya. Bisnis tukar lembar uang baru, jadi trend disetiap lebaran. Itu penanda, tradisi dalam tempel masih tumbuh hingga sekarang.

Bagaimana dengan kompasianer sekalian kisah salam tempel lebarannya.

Sekian, semoga artikel ini menginspirasi.

Malang, 15 Mei 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun