Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Lebay

29 Maret 2021   12:42 Diperbarui: 29 Maret 2021   13:17 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sajak lebay dokpri Eko Irawan

Tak sukakah aku bersajak. Merangkai kata. Mengurai bait. Tentang rasa. Tentang gundah. Bahwa aku juga manusia. Bukan robot. Bukan mesin. Bukan manekin. Aku punya perasaan.

Jika kau merasa tersakiti. Dalam kedzoliman. Kau tuntut keadilan. Dengan balas dendam. Agar akupun ikut merasakan. Apa aku hanya seonggok batu. Yang diam saja dibodohi. Ditipu. Untuk pembenaranmu sendiri.

Aku marah karena ini sudah tidak waras. Ini tentang cinta yang sudah mati. Tapi dipertahankan. Sama halnya menyimpan api. Dalam saku kapas. Mudah membara. 

Setengah mati kau bela diri. Itu hakmu. Silahkan saja berdrama. Menderita sendiri. Sungguh telah berbelok jauh hajatmu. Karena tak cocok, dipaksa menyatu. 

Sungguh aku sudah lelah. Capek. Tak ada yang kuajak bicara. Semua tentang aku, salah. Lama lama aku gila dengan tuntutanmu. Kenapa tak kau rayu aku saja, agar aku semangat. 

Hanya sajak lebay sahabatku. Mengisi hidup sepiku. Bergembiralah melihatku sengsara. Demi kepuasanmu. Semua akan merasakan lezatnya, hasil skenario edan pembisikmu. Tapi tetap aku yang salah. Sungguh mulia dan terpuji tingkah polahmu.

Caramu memusuhi aku. Demi dendam. Akankah itu membuat hidup nyaman? Tidak. Tak ada damai dalam dendam. Tapi itu benar, menurutmu. Inilah cara memperumit, hidup yang sudah pahit.

Hidup mengambang. Tanpa arah. Tanpa solusi. Kau pikulkan beban, tanpa peduli. Demi siapa? Ingin cepat usai, tapi caramu biadab. Merusak pikir. Menebar dusta. Kapan akan usai.

Jika ini maksudmu. Ayo hancur sekalian. Agar kau puas melihatku binasa. Menarilah  dalam tangis. Bukan sajakku yang lebay, tapi caramu yang sesungguhnya terlalu lebay.

Tak perlu menuduhku, karena kau tahu siapa dalang dari semua kemunafikan ini. Belalah bajingan bangsatmu. Sembahlah dia. Turuti bisikannya. Tunduklah pada semua bacot mulianya. Karena itu keputusanmu sendiri. Kurelakan dirimu bersamanya. Dan jangan kembali lagi padaku, karena kelak akan terjawab, siapa bajingan yang sesungguhnya.

Malang, 29 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun