Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sajak Peradaban 1000 Tahun Ngawonggo

13 Februari 2021   13:29 Diperbarui: 13 Februari 2021   13:47 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri sajak peradaban Ngawonggo

Diperkirakan di sekitar lokasi itu merupakan bekas pemukiman penduduk. Hal itu bisa dilihat dari temuan-temuan situs purbakala oleh sejumlah warga setempat Meski demikian, temuan situs itu masih butuh penelitian lebih lanjut. Bisa jadi, situs itu usianya lebih muda. Yakni ada sejak masa Kerajaan Singosari atau Majapahit

Situs itu pertama kali ditemukan oleh Rahmad Yasin (25) warga setempat. Diduga, ada tiga kolam yang ada di area penemuan situs itu dan saling berhubungan. Sementara setiap kolam memiliki dinding dengan pahatan yang berbeda-beda.

Ngawonggo kini menjadi Lokasi tempat wisata yang lumayan hits akhir-akhir ini, terutama dengan hadirnya Pawon Tomboan yang menyajikan makanan dan minuman tradisional dengan sistem bayar seiklasnya.

Memasuki situs ini serasa disambut dengan rimbunnya pepohonan dan aneka rumpun bambu. Suasana sangat cocok bagi kita untuk menenangkan diri, melepas kepenatan dari sibuknya suasana perkotaan, kembali kesuasana pedesaan yang tenang. Seolah masuk ke kota Malang 1000 tahun ya lampau.

Langkah kaki  berlanjutkan dengan menyeberangi jembatan bambu. Setelah menyusuri pinggiran saluran irigasi barulah kita bisa melihat pancuran pertama dari petirtan Ngawonggo.

Aliran airnya cukup deras dan kalau kita perhatikan ada beberapa pahatan di dindingnya yang sayang sudah aus. Sekitar 20 meter dari pancuran awal kita akan melihat Yoni dan beberapa fragmen arca. Di sebelah selatan Yoni masih ada kolam berbentuk persegi panjang yang terbagi dua dengan hiasan Padma di sepanjang dinding kolam. Kolam sebelah utara berukuran lebih panjang dibandingkan dengan kolam bagian selatan.

Setelah melihat lokasi pancuran dan kolam, ada baiknya melihat ke peninggalan selanjutnya. Jaraknya sekitar 50 meteran dari kolam terakhir hanya saja kita perlu jalan memutar karena tidak ada lintasan langsung menuju lokasi terakhir.

Di lokasi terakhir ada pancuran yang dihiasi Gana atau mahluk mitologi Hindu yang merupakan anak buah Ganesha. Aliran airnya cukup deras dan jernih. Aliran air ini mengarah ke sungai Manten yang ada di depannya. Hati-hati bila berjalan disini karena banyak lumut yang tumbuh di bagian bawah pancuran.

Diperkirakan situs ini telah ada sejak masa kerajaan Medang yang dipimpin Mpu Sindok. Nama desa Ngawonggo atau dahulu bernama Kaswangga juga disebutkan di Prasasti Wurandungan tahun 944 M. Disebutkan bahwa Kaswangga adalah sebuah desa yang dijadikan Kadewaguruan  atau tempat pendidikan Jawa kuno yang kebanyakan letaknya tersembunyi.

Menurut Dwi Cahyono yang dilansir dari kabar harian Kompas.com, nama Desa Ngawonggo berasal dari kata Kaswangga yang telah termaktub dalam pancakahyangan Prasasti Wurandungan yang dikeluarkan pada Rabu Wage 7 Nopember 944 Masehi silam bertepatan pada abad ke-10 ini Mpu Sindok memimpin Kerajaan Medang. Dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa Kaswangga adalah sebuah desa yang menjadi sarana Kadewaguruan di masa silam. Kadewaguruan adalah tempat pendidikan jawa kuno yang kebanyakan letaknya tersembunyi.

Pada zaman dahulu, patirtaan atau pemandian tidak hanya berfungsi sebagai sumber air bersih, namun juga sebagai tempat penyucian rohaniah. Petirtaan juga pemandian suci yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan. Di situs patirtan Ngawonggo ini ditemukan pahatan sembilan arca dan tulisan aksara jawa yang terbuat dari tanah padas yang kian hari kian terkikis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun