Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiada Semangat Tanpa Cinta

20 Januari 2021   16:20 Diperbarui: 20 Januari 2021   16:28 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya karena kewajiban. Tanggung jawab. Apa terus seenaknya, kau tekan aku? Aku sudah lelah. Apa yang kau lakukan padaku, membuatku lumpuh. Jauh dari berkah rejeki. Jadi pengemis. Yang lapar. Cintaku pun sudah kau anggap tai. Kau pasti ingat ucapanmu sendiri. Dihari paling laknat itu.

Aku tak mengeluh. Aku terima ini semua. Tapi aku jelas bertanya. Kenapa kau tuntut aku, sementara aku kau sakiti? Kenapa bukan dia, yang kau beri nikmat lezatmu? Waras?

Kau bilang aku dalang. Sutradara peristiwa ini. Agar kau benar. Atas semua bejatmu. Agar kau tidak salah. Dan akulah yang harus terima kutukan laknat. Sungguh indah maumu, rencana siapakah ini semua?

Kau larang aku suudhon. Kau bilang aku rajanya. Prasangka ini membuat hidup sulit. Pantas jika sudah tak butuh, namun tak wajar jika hakku kau bunuh, kewajiban ku kau tanyakan. Terus aku siapa, kau sudah hapus semua. 

Cintamu bukan untukku lagi. Tuhan Tahu itu. Dan pernyataanmu akan diadili. Aku bisa kau bohongi, tapi tidak dengan Tuhan. Dusta apa lagi yang kau ingkari. Kau kira aku bodoh? Tak tegas? Tak teges? 

Tak semangat tanpa cinta. Jauh dari berkah. Jauh dari bahagia. Itu maumu. Demi pembenaranmu sendiri. Silahkan. Kuridhokan saja, agar keadilan Tuhan segera mengadili. Tak suka tak perlu drama. Bukan begini caranya.

Butuh tapi menyakiti. Butuh tapi tak memberi semangat. Agar kuat. Siksamu luar biasa. Tanpa cinta, karena sudah kau bunuh. Tapi kau tuntut. Hukumanmu, tuntutanmu apa bisa melancarkan permohonanmu? Tidak! 

Balada orang orang tak waras. Agar perbuatanmu memperoleh benar. Dan aku yang salah. Harus dihukum. Agar kapok. Menderita. Dan tersakiti. 

Kusyukuri saja percaturan gila ini. Benar menurutmu, belum tentu benar menurut yang Kuasa. Aku pasrahkan saja, agar keadilan bicara. Aku diam bukan bodoh. Bukan tak tegas. Agar nanti, kau lihat buah yang kau tanam. Itu buahmu. 

Selamat bahagia, luka ini jadi saksi. Tuhan akan memberi bukti. Keadilan akan ditegakkan. Balasan akan tiba. Tanpa drama, tak cinta tak perlu seperti ini. Malah sulit sendiri. Inilah jalan pilihanmu. Bukan aku dalangnya.

Malang, 20 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun