Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memandang Cinta Seluas Langit

19 Januari 2021   12:02 Diperbarui: 19 Januari 2021   12:10 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memandang cinta seluas langit view dari desa Beling poncokusumo malang

Seharusnya hidup tak seperti ini. Sempit. Susah. Serba sulit. Yang ada hanya tuntutan. Harus ini harus itu. Lelah. 

Perselisihan bukan pilihan. Tak sejalan adalah keadaan. Beda pandangan tanpa satu tujuan. Maksud maksud tersembunyi, dibicarakan jadi pertengkaran. Kalah menang tiada guna. Tanpa solusi. Hidup jadi sia sia.

Saat baju cinta jadi benci. Yang ada hanya dendam. Kepuasan ilusi. Saling jegal saling hadang. Hancurkan, persulit yang seharusnya mudah. Prasangka diperbesar. Yang baik dihapus. Yang jelek dimunculkan. Seolah derita dahsyat. Tak ada maaf, tak ada ampun lagi.

Cinta jadi permusuhan. Saling Galang dan cari dukungan sana sini. Untuk pembenaran, tanpa peduli salah benar. Bicara baik baik dipelintir. Dijadikan bumerang. Biar kapok. Biar sengsara melebihi sengsara. 

Memandang cinta seluas langit. Itu seharusnya. Jika tak ada cinta, tak perlu drama. Sudahi saja. Sederhana. Tanpa rumit. Hidup sudah sulit, kenapa dijadikan pahit. Tak cinta, ya sudah. Tak perlu memperumit hidup. Dipermudah saja. Agar bahagia.

Cinta itu solusi. Seluas langit. Tanpa cinta, lebih baik berpisah saja. Untuk apa drama? Kisah apa lagi yang didustakan? Tak perlu. Bertahan itu sakit. Apalagi dibumbui dendam. Cara mudah menolak berkah. Untuk apa pelihara derita, jika bersama tapi tersiksa?

Pandanglah langit luas. Temukan cinta. Jangan dusta lagi. Tak berpahala. Jika berlanjut akan semakin tersiksa. Tak perlu andai andai, tak nyaman, bubar saja. Bertahan, Untuk apa? Dibenci tapi nuntut bukti? Malah saling sakiti. 

Malang, 19 Januari 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun