Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu yang Hilang

16 Januari 2021   00:59 Diperbarui: 16 Januari 2021   02:13 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rindu yang Hilang Dokpri

Perjalanan ini. Kisah selisih. Berbeda. Saat sepakat sudah mati. Jadilah terjal. Menanjak. Penuh aral. Dan tak nyaman lagi dilalui.

Berpuluh tahun. Penuh ujian. Penuh cobaan. Saat yang baik, tak diakui lagi. Diperbesar yang salah. Dan gebyah Uyah. Semua dilaknatkan. Maha besar dendam atas segala fitnahnya.

Dan terbawalah semua. Tanpa syukur. Yang nampak derita demi derita. Pintar dalam kata, agar menang tiada Tara. Tak bisa terbantah, agar benar sepanjang masa. Agar puas membalas, atas segala derita, membalas dengan seribu dendam Angkara.

Elus dada. Prihatin ini maksudnya apa. Teganya, ini demi siapa? 

Rindu yang hilang. Rindu yang telah pergi. Tak ada maaf lagi. Tak peduli akan keadilan Illahi. Yang penting puas, dendam terbalas dan sakit menyakiti. 

Tak ada kenangan. Tak ada cinta. Keindahan yang mekar. Bunga cinta yang telah padam. Semua sudah dihapus. Tak diakui lagi. Dianggap tak ada. Inilah kisah, Rindu yang Hilang.

Malang, 16 Januari 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun