Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendung

4 Januari 2021   12:52 Diperbarui: 4 Januari 2021   12:54 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendung foto dokpri Eko Irawan

Tak salah mendung. Dia taat perintah Illahi. Melukis berarak, misteri berita langit. Tak perlu drama keluh kesah. Bersahabat saja dengan alam.

Ada dua sisi. Untuk dimengerti. Didengar. Untuk apa gagal paham. Menghakimi dengan dendam, tapi siksa dirimu. Tak nyaman hidupmu.

kau selalu saja ingin tuntut balas. Setiap wacana dipelintir. Agar puas pembenaran diri. Dicurhatkan pada semua orang. Agar pendukungmu berlimpah. Diadili cara manusia. Terus ini untuk apa? Untuk siapa?

aku yang tertatih tatih mencukupi. Buat hidup. Sudah tak dilayani. Tak dihargai. Yang salah  bajingan itu. Yang nikmati, sang iblis pujaanmu. Dan aku kau sakiti. Yang dituntut, yang kau hinakan. Otak warasmu dimana?

saat kau berikan nikmat itu, untuk Arjuna bejatmu, puaskan? Lezat bukan? Sadarkah itu, akan hapus jalan berkah. Jika tetap bersamaku. Karena tak ada rejeki, dalam khianat.

Tapi yang salah, dibenarkan sendiri. Tuhanmu nafsu, tak peduli siapa benar, karena telah buta. Seperti mendung yang diumpat. Padahal mendung jaga perintah. Bukan jaga birahi.

sudahlah, semakin kau tuntut, semakin tersiksa dirimu. doamu untuk apa. Untuk nama siapa. Mendung ini, jangan disalahkan. Buatlah ku cerah. Agar bisa menuruti dengan waras. Bukan dengan dendam.

ingin apa, itu doamu. Aku sudah kau bodohi. Yang hebat dia. Tapi sekarang mana? Sudah enak, lupa. Yang salah aku. Wow, sungguh mulia arjunamu? Yang kau bela sekuat tenagamu, agar dapat tidur nikmat, tinggal petik hasil, nanti.

laknat Tuhan milikmu. Kebenaran akan ditegakkan. Selamat bersenang senang. Tak perlu drama. Ini terjadi karena nikmatmu dirampoknya. saat aku masih ada, menjunjung kehormatanmu.

Nikmat apalagi yang kau dustakan? Jujurlah pada diri sendiri. Tak perlu kambing hitam. Inikah cara memotivasi, tapi merendahkan yang jaga kehormatanmu? 

Aku bisa dibodohi dengan ceritamu, Tapi Tuhan tahu niatmu, saat berlezat bersama Arjuna terbaik, sang ahli amal, pemuja nafsu. Aku sudah dengar pengumumanmu, dialah yang terbaik sejagad. Jadi untuk apa drama? Tak perlu kau umpat mendung. Yang sedih. Yang kau sakiti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun