Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tips Lansia Bisnis Produktif

4 Januari 2021   00:50 Diperbarui: 4 Januari 2021   01:15 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tips Lansia bisnis Produktif (olahan Pribadi)

Fakta Tentang Lansia

Jadi Lansia itu datang tak bisa ditolak. Karena setiap manusia akan menjadi tua adalah proses alamiah. Apakah setelah jadi lansia, harus pensiun total, tak perlu produktif berkegiatan? 

Fakta di lapangan, banyak lansia yang kembali turun kejalan untuk sekedar mencari sesuap nasi. Bahkan ada juga yang status dapat gaji pensiunan, ternyata masih bekerja keras karena uang pensiunannya tidak cukup dan sudah dipotong bank. Ada yang ngojek. Jualan keliling. Nambal ban. Jadi makelar. Dan berbagai profesi lainnya. Hal ini menandakan bahwa, sejak lahir hingga meninggal, semua orang butuh penghasilan untuk memuliakan hidupnya. Kebutuhan makan manusia, tidak kenal pensiun. Sekalipun sudah lansia, minimal manusia itu masih butuh makan. Agar bisa makan, berarti harus punya penghasilan. 

Berikut tips lansia bisnis produktif, agar sebelum lansia, sudah punya bekal tetap eksis berpenghasilan dan mencapai freedom finansial. Semoga artikel ini menginspirasi.

Persiapan saat muda sebelum lansia 

Rajin menabung mudah diucapkan, tapi sulit diterapkan. Alasannya kebutuhan kurang, karena rata rata, jumlah pengeluaran, lebih besar dari penghasilan. Solusinya? Hutang bank. Celakanya, hutang bank untuk kebutuhan konsumtif. Tak pernah mikir usaha, karena alasannya sibuk, tak ada waktu. Tak bisa bisnis dan punya rasa malu dan gengsi, kok pegawai masih buka usaha ecek ecek dirumah, Ndak level ! Itu sebuah potret nyata para pegawai muda yang saya lihat secara visual dilapangkan.

Memang ada yang gaya hidupnya sederhana dan gemar menabung, sehingga hidupnya teratur, terpogram dan dijamin tak punya urusan kredit dengan bank. Itu disadarinya sejak muda. 

Gaya hidup, berapapun uang yang dimilikinya, pasti akan kurang. Sudah punya motor matic, masih pingin punya mobil. Sudah punya mobil, masih pingin punya mobil sport. Itulah potret manusia itu, selalu saja kurang dan kurang. Gaya hidup ini bukan kebutuhan hidup. Saat muda banyak beli barang barang yang tidak punya nilai jual. Semata mata hanya memenuhi life style belaka. Ndak punya barang itu, seolah ketinggalan gaya. 

Saya jadi ingat pesen nenek saya, agar biasakan nabung satu gram emas setiap bulan usai gajian. Waktu itu saya tertawaan. Kok emas sih. Dan alhamdulillah, itu tidak saya patuhi. Dulu emas masih murah. Namun sekarang, harganya sudah fantastis. Andai saya tawadhuk pada nenek, 20 tahun lalu, dikalikan 12 bulan kali satu gram maka seharusnya saya sekarang sudah punya Asset emas sejumlah 240 gram. Coba cek harga emas di Pegadaian per 3 Januari 2021, ternyata sudah nembus nilai Rp. 1.963.000,- dan jika ditotal, seharusnya saya punya uang sejumlah Rp. 471.120.000,-, banyak ya, hampir setengah milyar. 

Namun itu jika saya manut nurut pada nenek. Harga keegoisan saya buta investasi teraman yang saya sepelekan 20 tahun lalu itu, ternyata tidak membuahkan hasil apa apa, kecuali penyesalan tiada guna. Bagaimana dengan sahabat pembaca sekalian, apa mau investasi aman saat muda dengan menabung, atau 30 tahun kemudian memilih menyesal? 

Bisnis lansia harus...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun