Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Curhat Ngopi: Tiga Kunci Receh Menulis

28 Desember 2020   07:30 Diperbarui: 28 Desember 2020   07:55 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku banyak ditanya. Bahkan oleh rekan seniorku. Yang lebih dahulu menulis. Ada apa dengan aku, kok prosesku menulis jadi meluap luap tanpa henti. Jujur, aku sendiri bingung. Apa ini temporer. Apa ini hanya sementara waktu. Apa ini fenomena tertentu. Entahlah. Yang jelas passion menulisku jadi seperti nafas. Seperti auto pilot yang berjalan sendiri dalam suatu pesawat terbang dalam kondisi khusus.

Kondisi khusus? Bisa jadi iya. Tapi apa? Aku juga perlu meneliti diriku sendiri. Kena apa ? Daripada oleng, mari ngopi dahulu.

Ngopi adalah sebuah cara merefresh pikiran agar kembali segar. Di komputer tekan aja F5. Komputer saja, kadang Hank. Melotot layarnya, saat prosesornya overload. Mungkin kondisiku setahun kebelakang, secara psikologis juga tengah mengalami overload. Hmmmm, binggo... Kondisi khusus terjawab.

Kalau dihitung hitung, setahun kemarin itu aku tak lebih hanya menulis 10 artikel. Macet. Suntuk. Nulis satu artikel saja, bisa berhari hari. Mati ide. Buntu narasi. Mati gagasan. Buta opini. Pokoknya, mati menulis. Terus dulu, kemana aku? Tapi kenapa sekarang proses pertumbuhanku menulis jadi ekspress... Jadi banyak. Jadi receh banget.

Nah, itulah kondisi khusus yang kumaksud. Passion itu muncul karena kondisi khusus tadi. Muncul karena Ngopi. Terus apa dengan ngopi kita jadi receh menulis, jalan sendiri seperti auto pilot?

Belakangan, sejak Oktober 2020, saya bertemu dengan para start up luar biasa di kampung Nila Slilir. Siapa mereka? Mereka adalah para sahabat baruku yang menghargai kapasitasku. Apa maksudnya? 

Ternyata simple. Mereka yang bisa menghargai aku itu, ternyata memberi aku ruang berkarya. Seandainya mereka hanya membutuhkan aku, tentu setelah kebutuhannya kucukupi, ya sudah. Dilupakan. Tentunya, Setelah aku tidak dibutuhkan, ya lupalah cara menghargai. Tapi sahabat sahabat baruku ini malah mengajak aku kolaborasi dan diajaklah aku ngopi.

Ngopi di kampung Nila Slilir, bermakna Ngobrol Perkara Ikan. Keanehan terjadi. Bukan perkara ghoib lho. Aneh yang dimaksud disini adalah kenapa aku jadi ngurusi ikan, padahal aku ini Reenactor. Penulis dan pereka ulang sejarah perang kemerdekaan Indonesia. Jauh banget antara ikan dan sejarah.

Ketika mau nulis artikel inipun juga bingung, mau ditaruh ditema apa. Yo, anggap aja ini cerpen curhat. Temanya ya ngopi. Bukan ngobrol perkara ikan, tapi Ngopi itu : Narasi, Gagasan dan Opini.

Hmmm... Itulah tiga kunci yang membuka pintu receh menulisku jadi meningkat. Aku sih belum apa apa. Belum begitu wow. Tapi agar aku tidak dibilang sok, ya sombong dan macem macem itu, ya tak cerita saja inilah ngopi versi Eko Irawan itu. 

Alhamdulillah, sahabat baruku di kampung Nila Slilir itu, memberiku tempat, tantangan dan keajaiban. Dan sumbangsih apa yang bisa kulakukan, ya dengan menulis ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun