Hari ini Sabtu, 25 Oktober 2020, Saya sebagai pegiat literasi dari Perpustakaan Museum Reenactor Ngalam, di undang pegiat Literasi ibu Hariyani Yani dalam rangka Pembukaan Rumah baca candi panggung malang. Diskusi asyik tentang pengembangan minat baca dilingkup kampung sekitar.Â
Diskusi semakin asyik ketika ibu Anis Hidayatie, seorang Kompasianer turut hadir bersama rekan rekan penulis muda dari Komalku. Bagaimana keseruannya, berikut hasil diskusi pengembangan minat baca dan Literasi. Sebuah acara kopdar yang asyik.
Berani Memulai
Untuk perpustakaan kampung, seperti yang dikelola ibu Hariyani Yani di Rumah Baca Candi Panggung Malang ini, patut mendapatkan apresiasi yang tinggi, karena sudah berani memulai. Menumbuhkan minat baca di level kampung sekitar tempat tinggal kita, memang tidak mudah.Â
Ditengah lajunya dunia smartphone di genggaman, dunia membaca literasi sudah sangat minim. Secara umum, rumah baca Candi Panggung sudah merepresentasikan semangat literasi. Rak buku koleksi, ruang nyaman untuk diskusi dan tidak lupa suguhan kopinya sangat meningkatkan semangat diskusi literasi. Selamat atas dibukanya rumah baca candi panggung, semoga mampu meningkatkan minat baca generasi milenial disekitar.
Tumbuh Bersama dengan Kolaborasi
Tak kenal maka tak sayang. Kesempatan tersebut merupakan kesempatan bertemu sesama pejuang literasi. Saya pribadi sadar, bahwa berjuang sendiri, akan sangat sulit. Perpustakaan Museum Reenactor Ngalam adalah salah satu upaya perjuangan Literasi khusus literasi sejarah.Â
Kami bukan yang paling baik, tapi dengan kolaborasi, dunia literasi malang raya akan tumbuh. Saling kenal, saling mengunjungi dan saling menulis untuk kreasi sesama komunitas adalah wujud kolaborasi yang cantik. Sudah bukan jamannya sesama komunitas tidak saling kenal. Kolaborasi adalah kunci tumbuh kembang perjuangan komunitas agar sama sama saling dukung.Â
Perjuangan literasi adalah mulia, karena membaca dan menulis adalah simbol peradaban. Dalam sejarah arkeologi, kita tak akan pernah kenal kebesaran nenek moyang bangsa Indonesia, jika mereka dahulu tidak menulis literasi di media batu yang tertuang dalam prasasti. Peradaban terekam abadi dalam prasasti. Dan dimasa milenial ini, dunia literasi akan terekam abadi dalam jejak digitalmu. Berkaryalah untuk kejayaan Bangsamu.
Selamat berkarya. Tak ada sukses besar tanpa diawali perjuangan kecil.Â
Ini langkah kami, mana langkahmuÂ
Malang, 25 Oktober 2020
Ditulis oleh Eko Irawan
Di Museum Reenactor Ngalam