Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Peringatan Serangan Umum Ala Reenactor, Bukan sekedar Karnaval

5 Maret 2019   14:47 Diperbarui: 5 Maret 2019   16:25 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri-teatrikal Reenactor dalam rangka Peringatan Serangan Umum Jogjakarta, Minggu 3 Maret 2019 (Dokpri)

Wisata Sejarah Perjuangan? Di Jogja? Ini bentuknya. Peringatan Serangan Umum 1 Maret Jogjakarta. Acara ini di gelar pada Hari Minggu, 3 Maret 2019 Mulai Pukul 08.00  s/d 10.00 WIB di sepanjang Jalan Malioboro hingga titik O km Jogjakarta depan Benteng Vredenberg. Ini bukan sekedar seremoni belaka, tapi proses mengenalkan sejarah ala reenactor. Bagaimana keseruannya? Berikut Liputannya.

Bukan Karnaval Biasa

Dalam Khasanah dunia Hobby reenactor, ada dua event besar yang melibatkan berbagai komunitas bergenre Reenactor dari seluruh Indonesia. Pertama Peringatan 10 November di Surabaya, yang dikenal sebagai Mudik Reenactor. 

Dan Kedua Peringatan Serangan Umum Jogjakarta, yang dalam Reenactor di kenal sebagai Panggilan Menuju Ibukota Perjuangan. Salah satu rangkaian dalam Peringatan Serangan Umum, adalah drama teatrikal yang diperankan oleh para Reenactor dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini bukan sekedar seremoni tanpa makna. Juga bukan karnaval biasa.

Paradigma karnaval yang kita kenal selama ini, terutama dalam rangka agustusan adalah mencoba menampilkan kreasi warga atas berkah kemerdekaan. Hal ini sangat patut diapresiasi, karena sebagai bangsa yang besar, Jangan sampai generasi penerus bangsa tidak mengenal sejarah perjuangan para pejuang bangsa ini. 

Namun sayangnya, Banyak Karnaval bersifat Maaf "Ngawur". Dalam Rombongan Karnaval, ditampilkan pocong.  dan hantu hantu. Mungkin tema pocong memang relevan dalam acara helowen, tapi dalam peringatan kemerdekaan, apa relevansinya menampilkan pocong? 

Bahkan kesan tidak menggunakan wawasan sejarah seringkali diloloskan oleh penyelenggara event. Misal penggambaran agresi Militer belanda tahun 1947. ada 2 kubu, Pejuang dan Belanda. 

Jika Panitianya buta sejarah dan tidak mau belajar sejarah yang otentik, maka drama kolosal yang digelarnya,  pihak belanda akan memakai seragam doreng TNI dengan menenteng senjata senapan serbu buatan PINDAD. Jelas ini penipuan publik yang sangat Fatal. Kenapa? ini upaya pengenalan sejarah kepada generasi Muda. 

Jika mereka dipaksa melihat drama perjuangan, dimana yang menjadi Penjajah berseragam doreng TNI, maka persepsinya jelas salah. ini peristiwa Tahun 1947 dimana belum ada doreng TNI jaman Now yang dipakai para Penjajah dan senapan serbu Buatan PINDAD belum diprodoksi. Aneh Bukan?

Dibeberapa kota telah ada komunitas bergenre Reenactor, termasuk juga di Kota Malang, Namun sayang banyak pihak menyepelekan keberadaan mereka. Buktinya, beberapa event sejarah yang mengangkat tema perang kemerdekaan menempatkan drama teatrikal dan karnavalnya sebagai banyolan. 

Lucu, me-reka ulang kejadian 1945-1949 dalam wujud karnaval dan teatrikal, dengan alasan yang ada sekarang hanya ini, trus tidak mau belajar dan malu bertanya, akhirnya ngawur dan asal comot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun