Mohon tunggu...
Eko AdityaPutra
Eko AdityaPutra Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Biasa

Saya hanya bloger biasa yang banyak kekurangan dan butuh banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Sebuah Overthinking Karena Tas Belanja

23 Desember 2022   11:35 Diperbarui: 23 Desember 2022   11:43 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di satu waktu, saya sempat terhenyak di tengah konsentrasi mem-browsing sebuah marketplace daring. Kala itu, produk yang sedang terbuka di layar hengpong saya adalah reusable shopping bag alias tas belanja ramah lingkungan.

Tas belanja ini menurut saya keren. Selain ukurannya besar, berbahan semacam parasut sehingga tidak tembus air, dan---menurut review pembeli sebelumnya---jahitannya rapi serta kuat. Dan yang lebih spesial lagi, gambarnya bisa customized alias didesain menurut kemauan pembeli.

Bagi saya yang waktu itu sedang mencari kado spesial nan unik untuk ulang tahun sahabat saya, tentu tas belanja ini adalah pilihan super tepat. Di bayangan saya, setelah mendapat kado ini, teman saya nantinya bisa belanja ke mana-mana bawa tas ini saja.

Dia tidak perlu pakai kantong plastik yang sekali pakai dan akan lama terurai setelah dibuang. Desainnya juga akan personalized, dengan warna dan gambar sesuai kesukaannya. Sehingga dia tidak perlu menenteng-nenteng tas belanja bertuliskan merk produk atau judul seminar.

Hampir saja men-check-out tas belanja itu, saya tiba-tiba terhenti. Sebuah ilham iseng turun membisik pada batin, "Kalau memang niatnya ramah lingkungan, kenapa harus beli produk baru? Bukankah kalau kamu pesan tas ini, otomatis penjualnya justru melahirkan barang baru ke dunia ini?"

Seketika saya jadi teringat kejadian di sebuah supermarket beberapa hari sebelumnya. Sebagai orang yang cukup terbiasa memakai tas belanja pribadi, saya menyodorkan tas bawaan sendiri pada kasir saat hendak membayar belanjaan.

Melihat tas itu, mbak kasir berujar dengan sumringah, "Kakak suka pakai tas belanja sendiri ya? Kami juga punya tas keluaran kami sendiri lho. Nggak sekalian juga?"

Tangan si mbak lalu menunjuk rak tidak jauh darinya yang penuh dengan deretan shopping bag berbagai ukuran dan warna. Bahkan ada satu-dua deret yang bentuknya sedikit berbeda, lebih kotak atau kubus, sepertinya supaya bisa ditempati barang yang lebar-lebar.

Tentu saja saya bilang tidak perlu, karena sudah punya tas sendiri. Yang mana si mbak ternyata lanjut mempersuasi, "Warnanya lucu-lucu lho kak. Harganya juga cuma dari dua belas ribu aja."

Itu ingatan pertama. Ingatan kedua datangnya dari belasan tahun lalu, di mana saya yang masih kicik diajak belanja dengan mama saya ke sebuah supermarket (lagi-lagi).

Waktu itu saya tanya ke mama, "Ma, sereal ini kok ada di sini? Di G**** juga ada. Di H*** juga ada. Kok ada di mana-mana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun