Mohon tunggu...
Eko Wahyudi Antoro
Eko Wahyudi Antoro Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan statistik dan pendidikan

Konsultan, penulis dan pegiat lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Love

Jatukrama dan Jatukrami

11 Oktober 2022   03:30 Diperbarui: 11 Oktober 2022   03:36 5547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Jodoh dalam bahasa sansekerta disebut pula sebagai jatukrama atau jatukrami. Istilah ini pun saat ini di maknai berbeda di masing-masing wilayah yang ada di Indonesia sesuai dengan karakter budaya, filosofi dan legenda yang berkembang. Namun, yang lebih menarik dari ulasan jatukrama & jatukrami adalah istilah "Jodoh di Tangan Tuhan".   Ungkapan jodoh ditangan tuhan sangat familiar sekali kita dengar dalam kehidupan disekitar kita. 

Ada yang mengamini ada juga yang kontradiktif. Alasan bagi yang mengamini adalah mereka melihat bahwasannya manusia pertama yang turun ke bumi adalah Nabi Adam dan siti Hawa yang dipersatukan oleh tuhan YME, baik pada saat keduanya masih di Syurga, maupun dipertemukan kembali ketika dihukum untuk turun ke bumi. 

Namun, apabila kita menggunakan ilmu cocok logi, ketika nabi adam turun ke bumi, tidak lagi makhluk wanita lain selain siti hawa. Sehingga, tatkala dipertemukan dengan siti hawa, yang terlontar adalah kata "Alhamdulillah....inilah dia....". Akan tetapi, setelah nabi adam dan siti hawa memiliki keturunan, serta populasi manusia di bumi menjadi semakin banyak dengan jenis kelamin yang berbeda pula, maka lambat laun teori tersebut mulai dipikirkan dan dipertimbangkan.

Dalam sudut pandangan Agama Islam, perihal jodoh di singgung dala Q.S. Ar - Rum ; 21 yang berbunyi ""Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. 

Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir" (QS. Ar-Rum: 21).  Dari petikan ayat tersebut, dapat ditafsirkan secara subjektif bahwasannya Tuhan telah menjamin manusia itu berpasang-pasangan. Namun, masalah jauh atau dekat, cinta atau tidak, langgeng dalam bingka rumah tangga atau tidak, itu tergantung pada manusianya sendiri, dan hanya manusia yang berpikirlah yang dapat menemukan jodoh tepat.

Jodoh dapat dikejar dan dapat ditolak, apabila kita memiliki alasan yang kuat. Begitu juga sebaliknya, namun kejadiannya bergantung pada izin dari sang maha pembolak balik hati. Kenapa demikian, karena apabila jodoh sudah ditentukan sebagaimana maut, lalu kenapa banyak kasus perceraian, kemudian ada yang poligami dan poliandri dan ada yang memutuskan tidak menikah hingga akhir hayatnya. 

Untuk itu, manusia hanya dapat berdoa dan berikhtiar "ngalap berkah soko sing gawe urip". Tuhan tidak menunjukkan secara gamblang siapakah jodoh kita, namun beliau hanya memberikan ciri-ciri atau tanda-tandanya apabila jodoh kita dekat. Diantaranya adalah memiliki kesamaan visi, selalu ada konflik namun konflik yang sehat, menghadirkan banyak kebaikan meskipun diawali oleh sesuatu yang salah, bisa terbuka dan jujur satu sama lain, chemistry dalam sexualitas, saling menghormati dan memperjuangkan satu sama lain, memahami bahasa emosional satu sama lain, dan lain sebagainya.

Bentuk-bentuk ikhtiar yang dapat dilakukan untuk mendekatkan jodoh adalah berjualan secara langusng, sehingga mendapatkan banyak kenalan untuk di saring, berdoa, menentukan pilihan, istikharoh, .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun