Mohon tunggu...
Eko Wahyudi Antoro
Eko Wahyudi Antoro Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan statistik dan pendidikan

Konsultan, penulis dan pegiat lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Transformasi Desa Keling Menjadi Desa Wisata

18 November 2021   07:35 Diperbarui: 18 November 2021   07:38 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum merintis dan mengembangkan desa wisata, kami putra-putri Kalingga memberikan penekanan kepada masyarakat Desa Keling akan pentingnya sebuah komitmen dalam merintis dan mengembangkan desa wisata tersebut. 

Hal tersebut dikarenakan menurut kami, pengembangan desa wisata tidak boleh berangkat dari keinginan pribadi atau kelompok tertentu, seperti misalnya bantuan proyek dari pemerintah atau investor. Pengembangan desa wisata haruslah berangkat dari keinginan masyarakat luas, baik itu pemerintah desa maupun komunitas masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan serta memajukan desa supaya lebih mandiri dan berdaya saing.

Proses memetakan potensi wilayah dilakukan melalui rembug warga/musyawarah seluruh komponen desa dari berbagai kalangan, baik itu perangkat desa, kelompok pemuda, maupun kelompok lainnya. 

Pada proses rembug tersebut disepakati bahwa wilayah yang dianggap memiliki potensi wisata haruslah mencakup aspek budaya, sejarah, dan alam. Budaya dan sejarah yang dimaksud bukan hanya yang dapat dilihat saja. Melainkan juga yang sifatnya tradisi, legenda, dongeng, cerita, filosofi, kuliner khas, maupun lainnya.

Hasil rembug tersebut membuahkan hasil bahwa pihak aparatur desa beserta kelompok pemuda yang menamai dirinya sebagai pejuang kali melakukan normalisasi sungai dan goa di Desa Jegles. 

Alasan dipilihnya lokasi tersebut karena dianggap memenuhi kriteria yang ditentukan diatas, yakni lokasi tersebut merupakan suatu spot yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pariwisata karena mengandung aspek budaya, sejarah, dan alam.

Spot Goa Jegles ini dipercayai oleh beberapa ahli sejarah sebagai arung kuno atau lorongan saluran air bawah tanah yang dibuat pada masa peradaban kerajaan kalingga modern.[i]  Pada awalnya, warga enggan berkeliaran dilokasi tersebut lantaran lokasi Goa ini dikenal cukup angker, menyeramkan dan menjadi sarang ular. Namun, atas inisiatif semangat dan kreativitas dari Kepala Desa Keling Bapak Rofi'i Lukman  bersama para pemuda Karangtaruna Desa Keling, lokasi tersebut di sulap menjadi lokasi yang indah dan instagramable.  

Sedangkan sungai disamping Goa Jegles, sebelum normalisasi hanyalah berfungsi sebagai saluran irigasi yang dihiasi banyak sampah, potongan pohon bambu dan lain-lain, sekarang ditata sedemikian rupa hingga dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas river tubing. Bahkan sempat juga dijadikan lokasi syuting "Si Bolang (Trans 7)".

Milihat besarnya potensi wisata yang disentuh oleh pemerintah Desa Keling beserta masyarakat hingga lahirlah wisata Goa Jegles yang perlu untuk dikelola secara lebih serius dan profesional. Maka, pemerintah desa Keling dan masyarakat mulai membentuk suatu kelembagaan yakni Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS). 

Pihak-pihak yang tergabung dalam organisasi ini berperan untuk melakukan eksplorasi yang lebih akan potensi-potensi lain yang ada Desa Keling disekitar pioner lokasi Goa Jegles yang dapat diangkat juga menjadi potensi wisata. Melalui koordinasi melekat antar elemen, baik pemerintah desa, BPD, Bumdes, Pokdarwis, Karangtaruna dan tokoh-tokoh masyarakat maka ditemukanlah potensi-potensi wisata baru di desa Keling selain Goa Jegles yakni "Masjid Lama di Pondok Ringin Agung, Belik Jurang Kromo, Sumber Gemuling dan beberapa Sumber lainnya yang saat ini masih dalam proses identifikasi".

Dengan dirintisnya Desa Wisata di Desa Keling, maka hal ini secara tidak langsung mendorong peningkatan kapasitas SDM dan Manajemen Pengelolaan Pariwisata Desa. Hal ini dimaksudkan agar, pengembangan desa wisata ini dapat berjalan sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan pihak manapun termasuk adalah alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun