Penyamaan persepsi dan pengetahuan tentang dampak perubahan iklim dan adaptasinya pada seluruh skala sistem peternakan yang berbeda juga penting untuk mengidentifikasi perhatian bersama yang dapat mendorong kolaborasi di antara sistem produksi ternak yang berbeda, dan untuk mengidentifikasi area yang berdampak negatif akibat perubahan iklim (Herrero et al., 2015).
Penelitian yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim terhadap ternak dan adaptasinya sangat diperlukan agar terbangun pemahaman dan kemampuan sektor peternakan untuk menangani dampak perubahan iklim di masa depan dan untuk memantau kemajuan adaptasi dari waktu ke waktu.
Studi atau penelitian yang ada saat ini tentang dampak perubahan iklim terhadap peternakan relatif sedikit dibandingkan dengan tanaman pangan karena sektor peternakan ini sangat dinamis (Porter et al., 2014), dan bukti-bukti yang telah tersedia masih terfragmentasi (Herrero dan Thornton, 2013). Data di seluruh dunia terkait kerusakan dan kerugian di sektor peternakan akibat perubahan iklim tidak dikumpulkan atau dilaporkan secara sistematis (FAO, 2015).
Sistem produksi ternak yang heterogen, zona agroekologi yang bervariasi, dan tujuan produksi ternak yang berbeda menyebabkan tantangan yang luar biasa terkait pengumpulan dan sintesis data di sektor peternakan (Pica-Ciamarra et al., 2014; Robinson et al., 2014). Selain itu terdapat berbagai praktik lintas sistem produksi ternak yang disesuaikan dengan kondisi budaya, sosial ekonomi, dan kelembagaan (Steinfeld et al., 2006; Thornton et al., 2009). Pentingnya sektor peternakan bagi pembangunan suatu negara sangat bergantung pada berbagai nilai sosio-ekonomi, dan manfaat budaya yang diberikannya (Gandini dan Villa, 2003; Upton, 2004).
Produksi ternak menjadi salah satu kesulitan terpenting di dunia karena di satu sisi permintaan secara global akan produk hasil ternak semakin meningkat, tetapi di sisi lain perubahan iklim telah sangat berdampak terhadap produksi peternakan, khususnya di negara / daerah berkembang. Selain itu, ternyata sektor peternakan juga telah kontribusi negatif terhadap perubahan iklim global. Sektor peternakan harus menjadi lebih berkelanjutan sambil beradaptasi dengan perubahan iklim global dan pada saat yang sama dapat memenuhi tuntutan pertumbuhan populasi akan permintaan produk hasil ternak.
Terdapat lima aspek produksi ternak yang dilaporkan paling terpengaruh oleh perubahan iklim global, yaitu: pakan, penyakit, ekonomi, produksi, dan penggunaan air dan lahan pada peternakan. Dampak perubahan iklim terhadap pakan ternak umumnya dikaitkan dalam hal kuantitas dan kualitas pakan yang buruk karena peningkatan suhu dan kekeringan sehingga ternak tidak dapat memenuhi kebutuhan energi untuk mempertahankan berat badannya.
Penyakit ternak sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Dampak tersebut sebagian besar berupa bentuk keparahan dan distribusi penyakit hewan karena paparan suhu dan kelembaban yang meningkat serta variasi suhu dan curah hujan.
Dampak perubahan iklim terhadap ekonomi muncul akibat performa ternak yang lebih buruk, yang terkait dengan dampak pada aspek produksi lainnya, seperti pakan dan kesehatan ternak. Misalnya, pada sistem penggembalaan / pastoral, kerugian ekonomi dikaitkan dengan performa ternak yang buruk karena kelangkaan pakan yang disebabkan oleh kekeringan.
Dampak perubahan iklim terhadap produksi ternak ditinjau dari parameter performa ternak seperti penambahan bobot badan harian, efisiensi konversi pakan, dan produksi susu dan kualitas hasil ternak lainnya. Stres akibat panas dan kelembaban mengubah fisiologi ternak, membuat ternak lebih rentan terhadap penyakit dan stres. Variabilitas suhu mengakibatkan dampak nyata pada performa reproduksi ternak seperti penurunan kesuburan, tingkat konsepsi, dan daya hidup. Sumber daya air dan lahan merupakan input kunci dalam sistem produksi ternak, terutama dalam produksi tanaman pakan.
Perubahan iklim mempengaruhi ketersediaan, kelangkaan dan penipisan air sehingga mengurangi produktivitas ternak. Ada tiga opsi respon adaptasi yang bisa dikelompokkan dan telah ditawarkan oleh para peneliti, yakni opsi inkremental, sistemik dan transformasional. Opsi inkremental terdiri dari peningkatan kualitas dan kuantitas pakan ternak, efisiensi penggunaan air dan lahan, pengurangan stres ternak akibat panas, dan perbaikan manajemen produksi ternak. Opsi sistemik terdiri dari modernisasi operasi peternakan, mengubah komponen sistem pertanian, serta perubahan kelembagaan dan kebijakan. Opsi transformasional terdiri dari transisi sistem pertanian, diversifikasi dan intensifikasi produksi ternak.