Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bertanya Kembali

11 Juli 2017   06:12 Diperbarui: 11 Juli 2017   06:45 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno (foto dokumentasi pribadi)

Sebutlah kita hidup, berdiri di atas tanah, nikmat dari sesembahan kita. 

Tapi coba tengadah ke atas ke ujung-ujung menara itu, adakah kehidupan di sana, jauh di atas kepala kita? 

Ada! Siapa mereka? Apakah mereka kita? Ataukah mereka mahluk lain yang kita sebut konglomerat, orang kaya, penguasa... 

Lantas seberapa jauh kita di bawah kakinya? 

Seberapa banyak anak tangga yang harus kita titi menuju ke 'atas' jika bisa. 

Kenapa jurang begitu jauh, mereka sudah berbulan madu ke bulan, kita masih bagai seonggok tahi ayam kering di atas tanah yang akan hancur karena hujan. 

Mari bertanya kembali, kenapa?

Lalu berjuanglah sebagai jawabanmu. Sebab kita lahir sama-sama telanjang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun