Mohon tunggu...
Ekky Erdiansyah
Ekky Erdiansyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Sedikit bicara, banyak mengetik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

5 Alasan Netizen Melakukan Bullying di Media Sosial

21 Agustus 2020   16:24 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:48 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunaan media sosial akhir-akhir ini makin tinggi saja. Bagaimana tidak, media sosial itu makin ke sini fungsinya gak cuma sekedar buat share konten berupa foto, video ataupun share konten keresahan semata, melainkan juga sebagai sarana bisnis, terus buat sarana edukasi ke netizen yang lain juga, lalu buat kampanye politik, dan masih banyak lagi kegunaannya.

Penggunaan media sosial di Indonesia ini saya rasa masih bebas-bebas aja selama gak melanggar ketentuan media sosial dan norma-norma masyarakat. Kalaupun ada yang melanggar norma, siap-siap aja tuntutan Undang-Undang Informasi Transaksi dan Elektronik (UU ITE) menantimu.

Oleh karena penggunaan media sosial (medsos) di Indonesia ini cenderung bebas-bebas aja, terkadang ada saja para netizen yang sembarangan menggunakan medsos tersebut buat melakukan suatu perbuatan tercela macam melakukan perundungan atau bullying secara daring (online) salah satunya. 

Jujur, saya paling jijik banget sih sama orang-orang yang suka bullying ini. Maksudnya apa coba orang-orang melakukan bullying? Mau memamerkan rasa superior yang ada di dalam dirinya gitu? Itu hal paling hina banget sih sumpah.

Tindakan bullying di medsos tentunya sangat merugikan, terutama buat sang korban bullying itu sendiri. Efek sampingnya pun bisa dibilang bukan main mengerikannya, ada yang langsung stress, terus ada juga yang langsung kena penyakit mental, bahkan beberapa korban ada juga yang sampai mengakhiri hidupnya karena tak tahan menghadapi bullying kejam dari para netizen sok superior itu.

Alasan para netizen melakukan bullying tentunya bermacam-macam. Untuk lebih jelasnya, silahkan lanjut ke ulasan di bawah ini.

1. Gak ada kerjaan

Alasan pertama tentunya cukup logis, mengingat orang-orang yang punya pekerjaan tentunya tak terlalu mengurusi isi medsosnya sepanjang waktu. Sekalipun buka medsos, paling-paling waktunya terbatas juga. Jadi buat kalian yang tak ingin terjerumus ke dalam perilaku bullying, carilah pekerjaan atau kesibukan positif lainnya, OK.....!

2. Kepengen viral

Alasan kedua ini bisa dibilang sungguh menjijikan. Netizen tukang bully online ini biasanya hobi banget mencari berita-berita yang lumayan sensasional, lantas setelah itu dia merespon berita tersebut dengan cuitan berbau bullying yang diharapkan bisa memancing keramaian, sampai pada akhirnya cuitan tersebut viral di seantero jagat medsos dan si tukang bully online tersebut akhirnya kebanjiran engagement yang tinggi.

Sebagai tambahan saja, statement di atas cuma bisa dilakukan kalau si tukang bully online tersebut punya sifat "muka tembok" sama reaksi negatif yang berdatangan. Kalau gak punya? Ya siap-siap aja langsung tutup akun atau minimal gembok akun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun