Berkebalikan dengan debat yang sangat tak disukai, dipuji merupakan bentuk penghargaan yang paling dibutuhkan manusia. Coba perhatikan sikap anak-anak yang jarang dipuji oleh orangtuanya atau cenderung disepelekan dan disalahkan, mereka pasti tidak akan bersemangat dan antusias ketika berbicara dengan orang tuanya. Kenapa? Karena pujian itu seperti oasis di padang gurun. Semua prasangka buruk pada seseorang seketika bisa lenyap tatkala orang itu mengeluarkan jurus pujian. Kadang kemarahan bisa berubah senyuman saat seseorang dipuji.
Setelah pujian itu diberikan, barulah pendapat atau gagasanmu menyusul disampaikan. Katakan saja kamu setuju dengan pendapatnya dan menghargai itu, lalu kamu jujur tentang pandanganmu sendiri.Â
Ada satu kunci terakhir lagi agar orang tertarik dengan ucapanmu, selain dipuji dan tak suka didebat ternyata orang-orang akan lebih tertarik "ketika nama disebut". Karena nama merupakan identitas yang paling utama dimiliki manusia, maka saat nama dipanggil, otomatis perhatian seseorang akan terfokus pada si pemanggil.
Biasakan setelah selesai bicara, mintalah pendapat atau tanggapan dari lawan bicara supaya komunikasi berjalan efektif. Coba lihat contoh berikut ini:
(1) "Menurutmu gimana pendapatku tadi?"
(2) "Menurut Eki gimana pendapatku tadi?"
Keduanya sama saja. Yang membedakan hanya ada yang menggunakan kata ganti-mu dan satu lagi nama. Tampak sepele memang, tetapi jujur saja saya lebih antusias menjawab bila mendapatkan pertanyaan kedua ketimbang yang pertama.
Seandainya 3 kunci tadi diterapkan dalam berkomunikasi, sudah dapat dipastikan bahwa lawan bicara akan bersemangat berdiskusi denganmu. Mereka pasti akan merasa dihargai dan balik menghargaimu.Â
Bisa saja mereka memandangmu sebagai seorang pribadi yang menyenangkan. Dengan begitu, apapun yang kamu sampaikan tidak akan berujung pada perdebatan kosong dan permusuhan.Â
Kamu juga tidak perlu kehabisan tenaga dan suara untuk mengeluarkan pendapat tapi tak digubris apalagi sampai dianggap bodoh oleh orang lain.