Mohon tunggu...
Eki Saputra
Eki Saputra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Prank" Orderan Fiktif, Bukti Adanya Pengidap Schadenfreude Akut

29 November 2019   18:19 Diperbarui: 1 Desember 2019   10:14 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tertawa (sumber: pixabay)

Prank atau kejahilan ialah jenis konten yang cukup laku setidaknya di youtube Indonesia saat ini. Masih banyak youtubers yang menggunakan konten semacam ini demi menggaet viewers sebanyak-banyaknya. 

Bermodalkan judul dan thumbnail yang clikbait, mereka berlomba-lomba membuat ide-ide prank, mulai dari yang memang lucu sampai yang membuat miris. Salah satunya prank orderan fiktif, begitu sebutan aktivitas menjahili pengemudi ojek online (ojol) sedang marak dijadikan konten oleh youtuber di Indonesia. Beberapa video ada yang mencapai trending dan ditonton lebih dari 2 juta kali dan disukai ribuan pengguna.

Prank orderan fiktif oleh youtuber tak bisa diterima oleh semua pihak. Banyak warganet atau youtuber senior mengecam perbuatan ini. Kendati memanfaatkan rasa cemas, takut, dan sedih orang lain untuk mendapatkan uang di akun milik mereka.

Apalagi semenjak prank ini timbul, perbuatan prank orderan rekayasa ini semakin sering dialami oleh para pengemudi ojol.

Kejahilan semacam ini bukan hal yang baru sebetulnya di Indonesia. Acara televisi telah menggunakan tema sejenis sebagai sarana untuk menarik perhatian penonton.

Dalam suatu acara tv misalnya, seorang artis atau model ditugaskan untuk menguji kesabaran dan kebaikan seorang calon yang akan diberikan bantuan sosial.

Bedanya, di televisi lebih manusiawi dengan melakukan penyamaran jadi orang yang kesusahan atau nekat jadi gelandangan. Cara ini juga sempat ditiru oleh youtuber di Indonesia dan pernah viral sebelumnya.

Sayangnya konten prank orderan fiktif justru berbeda. Alih-alih membuat saya terhibur, justru menimbulkan kegeraman, walaupun di akhir video korban prank tetap dibayar melebihi biaya orderan.

Menurut saya video semacam ini tidak sama sekali memberikan efek hiburan, terkecuali menyenangkan orang-orang Schadenfreude akut.

Schadenfreude berasal dari bahasa Jerman, yang berarti kesalahan yang menyenangkan. Adapun definisinya adalah kondisi di mana seseorang merasa senang atau bahagia saat melihat orang lain menderita. Setidaknya kondisi ini universal atau pernah terjadi pada semua orang.

Misalkan, seseorang tertawa saat melihat temannya terpeleset di lantai, bahagia ketika tahu seorang penjahat kejam berhasil dibawa ke penjara, atau terbahak-bahak saat menonton acara tv komedi di mana melihat tokoh menjadi bulan-bulanan.

Emosi yang normal ini bisa juga berubah jadi perasaan jahat kala seseorang merasakannya saat iri dan cemburu pada seseorang. Selain itu, individu yang mempunyai anggapan bahwa orang lain derajatnya lebih rendah juga dapat mengalami emosi ini. 

Menurut psikolog Scott Lilienfeld dkk (detik health, 05/01) Schadenfreude adalah dehumanisasi, yaitu tindakan memandang orang lain kurang manusiawi. Kemungkinan mengalami Schadenfreude akan semakin kecil ketika empati seseorang meningkat.

Prank orderan fiktif tadi mungkin tak disadari oleh para youtuber merupakan bukti kuat bahwa mereka mengalami Schadenfreude akut. Bagaimana tidak, mereka berani melakukan tindakan tersebut sebab menganggap diri mereka superior. 

Sebagai konsumen, mereka merasa pantas untuk menjadikan ojol objek karena peran ojol sebagai pemberi jasa. Lagi pula mereka pasti telah merencanakan terlebih dahulu sebelum konten itu dibuat, melalui riset sederhana di web atau pengalaman pribadi, sehingga mereka memahami betul apa yang menjadi kelemahan atau titik terlemah seorang ojol.

Dengan memahami kelemahan itu, mereka menyusun rencana sedemikian rupa. Maka sang ojol yang tidak menyadari jadi objek bulan-bulanan akan terbawa situasi. Persis seperti yang diharapkan sang pembuat video, emosi seperti rasa cemas, takut, dan bingung akan jelas terlihat pada wajah sang ojol.

Emosi ini menjadi fokus utama atau kesenangan tersendiri bagi sang kreator maupun penonton yang menikmati sambil tertawa-tawa. Padahal, ini bukan film komedi atau sitkom yang naskahnya telah dikuasai oleh pemeran.

Ojol yang bekerja panas-panasan di jalan, sudah mengeluarkan uang untuk order mahal, dan punya harapan dibayar sebagaimana mestinya harus menghadapi tipuan semacam itu.

Ya, memang benar ini sekadar prank yang berakhir manis. Tetapi orang normal yang berempati tentu tidak akan memanfaatkan penderitaan orang lain yang sudah lelah bekerja keras, kecuali seseorang itu hanya punya sedikit empati.

Maka tidak salah bila kata 'akut' disematkan di belakang kata Schadenfreude kepada konten kreator sejenis maupun penikmatnya sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun