Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Embun yang Terluka

18 Desember 2018   05:19 Diperbarui: 18 Desember 2018   08:00 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Embun tak pernah meratapi pagi. 

Meskipun setelah bertengger di pucuk-pucuk daun,  dirinya akan menguap begitu saja. 

Embun tak pernah marah pada sang mentari. 

Yang membuatnya hilang tak berbekas. 

Bagi embun memang sudah takdirnya begitu

Hanya kemaafan yang membuatnya bertahan. 

Memaafkan pagi

Memaafkan mentari

Memaafkan hati

===

Jam dinding rumahnya telah menunjukkan pukul sembilan malam.  Biasanya lelaki bernama Bian akan menyapanya.  Lewat pesan whatsapp Bian kerap menanyakan kabar dan kegiatannya seharian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun