Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Apa yang Harus Kutulis Tentangmu

18 Oktober 2018   12:46 Diperbarui: 18 Oktober 2018   13:27 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang aku harus tulis tentangmu. Pikiranku kelu dan beku. Tak dapat kupungkiri kesedihan dan kepedihan yang merambat dalam otakku. Aku ingin membisikkan harapan, namun otakku menolak semua bisikan. Aku ingin sekali berteriak, tapi otakku menyuruhku hanya diam. Jadilah aku terdiam sepanjang hari. Menatap kosong hamparan kehidupan di hadapanku.

Apa yang harus aku tulis tentangmu. Aku bahkan tak sanggup mengendalikan pikiranku. Otakku seraya tak mau lagi mendengar perintahku. Hanya kesunyian yang aku rasakan. Terluka yang tak mengerti sampai batas mana. Mungkin luka yang perlahan membunuh perasaanku, membunuh pikiranku.

Apa yang harus aku tulis tentangmu. Aku berharap ada seseorang yang menolongku. Menyembuhkan otakku yang tak lagi sinkron dengan hati dan pikiranku. Ini bahaya, bahkan akupun sendiri sudah menyerah dengan keadaan ini. Apapun yang terjadi, terjadilah. Kubiarkan saja yang waktu melewatiku berulang kali. Sementara tubuhku, pikiranku, hatiku, terdiam tak berkutik.

Apa yang harus aku tulis tentangmu. Cinta, cita, harapan, semangat, semuanya membaur dalam pikiranku. Lalu otak telah membuangnya jauh.

"Untuk apa kau memiliki itu semua, tak ada gunanya bagimu" kata otakku, menghunus tajam pada perasaanku. Aku manusia, harusnya aku mampu mengendalikan ini semua. Dengan hati dan pikiranku harusnya semua ini baik-baik saja. Aku bukanlah orang yang tak berguna. Aku bukanlah sampah.

"Kau sampah, kau sampah, kau sampah" otakku menyumpahiku. Aaahhh, harus bagaimana lagi. Aku ingin sekali lari, tapi otakku menyuruh tubuhku terdiam. Kakiku pun tak bisa digerakkan sama sekali.

Apa yang harus aku tulis tentangmu. Tanganku sudah kelu, beku dan tak bergerak lagi. Hanya airmata yang tetiba mengalir di ujung mataku.

Kumohon, beritahu padaku, apa yang harus aku tulis tentangmu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun