"Katamu nggak bisa ninggalin pekerjaan terkait stand by acara Asian Para Games" kata Riri
Rangga menunduk.Â
 Tetiba seorang suster menghampiri mereka berempat.
"Bu Riri... Ini bapak tubuhnya sudah tidak bisa menerima cairan makanan"Â
"Lha terus bagaimana suster? "
"Tadi dokter bilang suruh lepas saluran makanan yang masuk ke hidung. Â Sementara kondisi bapak stabil kok, Â hanya tidak bisa menerima asupan makanan cair"
Rangga pun akhirnya pergi ke Jakarta menaiki kereta. Â Terbayang kenangan indah segala tentang bapaknya. Â Seorang mantan kepala sekolah yang baik hati, Â disayangi oleh para guru dan murid. Â Bapak memang sosok yang tidak pernah marah, Â tidak pernah berkata dengan nada tinggi, Â selalu sopan serta menggunakan tutur bahasa jawa yang halus.Â
Karena capeknya seharian tidak tidur, Â Rangga pun terlelap dalam mimpi. Makan malam? Â Jangan ditanya, Â air bisa masuk kerongkongan saja sudah bersyukur. Â Karena siapa juga orang yang bisa makan ketika orang yang disayanginya terbujur koma di rumah sakit.Â
Satu-satunya harapan adalah informasi dari dokter bahwa semua organ tubuhnya masih berfungsi dengan baik. Â Pihak rumah sakit pun akan sekuat tenaga memulihkan kesadaran pasien.Â
Hingga dini hari, Â tak ada kabar buruk apapun. Â Rangga bisa bernapas lega. Â Walaupun perutnya keroncongan tapi tak ada niatan untuk mengisinya dengan makanan.Â
Rahmat menunggu bapak di rumah sakit. Â Riri pulang ke rumah karena harus menyiapkan sekolah ketiga anaknya yang masih kecil. Â Reno pun pulang setelah dua hari full menginap di rumah sakit. Anaknya tentu sudah kangen padanya.Â