Sayup-sayup kudengar suara kicauan burung di luaran sana. Memang sunyi. Â Berkilo-kilo meter jaraknya dari kota. Sangatta memanglah tempat yang sunyi. Sesunyi diriku dan sesunyi hatiku. Â Kupandangi HP jadulku yang tertera nomer HP Ganesha Prameswari, wanita yang dulu dan hingga kini masih menghinggapi hatiku.
Kuambil HP jadulku, kucoba menelpon wanita yang sudah tujuh tahun tiada kabar darinya.
"Halo ..."
"Hai..." sapa wanita di seberang, "Mohon maaf ini siapa ya?"
"Aku...aku adalah orang yang pernah di hatimu" jawabku agak kikuk.
"Siapa? Kalau tidak mau jawab, saya tutup saja telponnya" sahutnya galak.
Ya, Nesha tidak berubah. Tetap saja galak seperti dulu. Suaranya pun tidak berubah. Ah, rasanya baru kemarin aku bertemu dengannya, menyapa dan menatap parasnya.
"Kok kamu masih ngambekan kayak dulu sih" Â sahutku.
"Ya sudah aku tutup telponnya ya..." katanya.
Dan...TUT...telpon tiba-tiba terputus.
Kau pikir aku akan marah kan dengan sikap Nesha. Tidak, aku sama sekali tidak marah. Aku tidak bisa marah padanya. Bahkan saat tujuh tahun lalu saat dia menolak lamaranku, pun aku tidak marah. Aku mungkin terlalu mencintainya. Cinta yang sama seperti pertama kali bertemu dengannya.