" Mbak Rindu, Banu antar sampai sini aja ya." katanya sambil menyerahkan tas tanganku.Â
'Tumben, ayo mampir dulu. Mbak Rindu punya roti lo. Tadi mbak beli sebelum berangkat naik bus." jawabku membujuknya.
Terlihat Banu sedikit ragu-ragu. Lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kami pun bersama menyusuri jalan kecil menuju rumahku. Sampai di depan pintu aku memanggil-manggil ibu. Tapi tak ada satu pun jawab. Sambil kulihat sekeliling. Biasanya akan ada sepeda ibu di teras samping. Banu juga membantuku melihat ke samping rumah, siapa tahu ada ibu atau adikku.Â
Sepertinya ibu dan adikku sedang tidak ada di rumah. Akhrnya aku dan Banu menunggu di teras rumah. Kukeluarkan roti yang aku janjikan tadi. kami duduk menunggu sambil makan roti. Banu tampak antusias sekali. Lahap ia menghabiskan roti itu.
" Enak sekali rotinya , Mbak Rindu." tiba-tiba Banu berceloteh polos.Â
" Kamu suka, Nu?"tanyaku.
"Iya, mbak . Suka sekali. Ngga ada roti seperti ini di desa kita. " katanya dengan tetap melahap roti pemberianku.
Rintik hujan masih menemani kami. Tapi belum ada juga tanda-tanda ibu dan adikku pulang. Tak terasa rasa kantu mulai menyerangku perlahan dan pasti. Dengan posisi duduk aku mulai memejamkan mataku.Â
Antara sadar dan tidak, aku mendengar orang-orang membangunkan aku.
" Mbak Rindu, bangun mbak." kudengar suara adikku memanggil membangunkanku.
Perlahan kubuka mata. Terkejut melihat orang banyak mengelilingiku.