Mohon tunggu...
Eka Sari Pancasilawati
Eka Sari Pancasilawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru SD yang sangat tertarik dengan perkembangan positif dunia pendidikan saat ini. Dimana kita sangat menghargai potensi diri siswa kita masing-masing untuk bisa berkembang sesuai kodratnya.(KHD)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Kurikulum Merdeka Mampu Memperbaiki Loss Education?

26 Agustus 2022   07:57 Diperbarui: 26 Agustus 2022   21:18 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Merdeka merupakan produk pemulihan pendidikan yang diluncurkan Kemendikbudristek dan mulai diberlakukan tahun 2021 di beberapa sekolah yang merupakan sekolah penggerak dan seluruh sekolah di tahun pelajaran 2022-2023 ini. Kurikulum Merdeka hadir sebagai jawaban atas loss education yang dialami peserta didik selama pandemi Covid 19 ini. Selama kurang lebih 2 tahun peserta didik melaksanakan sekolah daring yang dirasa kurang maksimal. (Kepmendikbudristek No 262/M/2022 menggantikan Kepmendikbudristek No 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran).

Kurikulum Merdeka didesain dengan beberapa unggulan diantaranya merupakan kurikulum yang diharapkan bisa memfasilitasi peserta diidk secara maksimal sesuai kemampuan mereka masing-masing. Penyajian pembelajaran menggunakan pembelajaran diferiensi dimana materi dan LK diberikan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Di awal tahun pelajaran, guru harus melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan siswanya sehingga guru akan tepat memilih metode dan strategi pembelajaran apa yang akan digunakan. Asesemen diagnostik sendiri dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif dan non kognitif peserta didik.

Sesuai Isi muatan Kurikulum Merdeka sendiri berbeda dengan kurikulum-kurikulum yang hadir sebagai pendahulunya. Dalam Kurikulum Merdeka ini terdapat Elemen - elemen materi, dan Capaian Pembelajaran per mapel yang harus dituntaskan peserta didik dalam kurun waktu satu fase. Kelas 1 dan 2 merupakan fase A, kelas 3 dan 4 merupakan fase B , dan kelas 5 dan 6 merupakan fase C di jenjang sekolah dasar. Peserta didik akan menyelesaikan capaian pembelajaran untuk satu fase kurang lebih 1-2 tahun) sehingga untuk pemetaan CP guru kelas 1 dan kelas 2 harus berkolaborasi. 

Seorang peserta didik yang belum tuntas dalam pencapaian CP di kelas 1 masih boleh naik di kelas 2 dan guru kelas 2 membantu ketuntasan CP tersebut. Sebelumnya pada Kurikulum 2013 seorang peserta didik harus menyelesaikan Kompetensi Dasar per kelasnya. Namun pada Kurikulum Merdeka ini ketuntasan bisa dicapai dalam 1 fase bukan kelas. Tentunya ini membutuhkan kerja ekstra bapak guru hebat Indonesia dalam mendampingi peserta didik yang sekali lagi memiliki potensi diri masing-masing sesuai kodrat alam dan kodrat jamannya menurut Ki Hajar Dewantara dalam Filosofi Pendidikan Indonesia)

Seluruh rangkaian kegiatan dalam Kurikulum Merdeka juga bermuara pada karakter Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman dan bertaqwa, Berkebhinekaan global, Bergotong Royong, Kreatif, Bernalar Kiritis, dan Mandiri. Untuk Project Peguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanankan setiap hari atau blok dalam satu hari serta dengan puncak tema yang akan ditampilkan/dipamerkan di akhir semester. Untuk tema kegiatan P5 ( Project Peguatan Profil Pelajar Pancasila) disepakati dan berlaku untuk satu satuan pendiidkan. Dalam 1 tahun ajaran terdiri dari 2 tema yang menjadi unggulan sekolah tersebut.

Saya  Eka Sari Pancasilawati,  guru SD Negeri  2 Ngampelkulon Kendal dimana sekolah saya melaksanakan Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah karena sekolah kami bukan sekolah penggerak dan  kebetulan saat ini saya mengampu kelas 4 menyambut antusias penerapan Kurikulum Merdeka ini. Karena saya merasa pada Kurikulum Merdeka ini peserta didik lebih bisa mengembangkan potensinya. Guru sebagai fasilitator menjembatani potensi peserta didik dengan merancang  kegiatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif melalui proses mengalami sendiri, interaksi dalam kelompok, komunikasi, dan diakhiri dengan membuat refleksi. Dengan kegiatan ini peserta didik juga dipersiapkan untuk memiliki ketrampilan abad 21  yaitu Critikal Thinking, Collaboration, Communication, dan Creativity (4C). Semangat untuk guru-guru Indonesia yang sedang berjuang menyesuaikan perubahan dan aktif mengembangkan diri. 

Jika bukan kita, siapa lagi yang akan menjadi ujung tombak pendidikan anak-anak hebat Indonesia? Mari kita berdayakan diri menyikapi perubahan dengan disiplin diri yang positif dan dinamis. Terbuka akan pembaharuan untuk membawa perubahan mengembalikan kualitas pendidikan setelah terjadi loss education karena pandemi.

Penulis merupakan guru SD Negeri 2 Ngampelkulon, Kendal, Jawa Tengah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun