Pada 23 maret 2024 saya berkesempatan mengunjungi  kampung batik giriloyo, kampung batik giriloyo sendiri merupakan sentra batik tulis di Yogyakarta. Disana kami disambut oleh para pengrajin batik giriloyo salah satunya pak ahmad bakhtiar, beliau menyambut kami dengan ramah lalu mengajak kami masuk kedalam tempat semacam aula untuk dijelaskan secara detail tentang sejarah batik giriloyo Singkatnya diperkirakan pada abad ke-17 masuk dan dikenal di kampung, saat awal dimana sebagian besar penduduk menjadi abdi dalem keraton Yogyakarta yang bertugas merawat makan raja-raja yogya-solo yang berada diatas perbukitan imogiri. Dari situ mulailah interaksi antara kraton dan juga penduduk desa giriloyo, beberapa tokoh dari kerabat kearaton  memberikan pekerjaan kepada penduduk desa terutama ibu-ibu sebagai buruh nyanthing batik. Disitulah mulai batik dikenal dan menjadi salah satu pekerjaan yang banyak dilakukan warga desa turun temurun, sejarahnya cukup panjang namun itu sedikit sejarah dikenalnya batik didesa giriloyo.
Di kampung giriloyo belajar membatik merupakan salah satu paket wisata yang di tawarkan, saat mencobanya disana saya terbagi menjadii beberapa tim yang satu timnya berisi 5 orang dan satu ibu pendamping untuk mengajari bagaimana caranya menyanthing. Beberapa fasilitas yang diberikan seperti, kain yang sudah diberi pola, canting, lilin cair, dan proses pewarnaan atau mbabar. saya diajari bagaimana mennyanthing dengan benar dan tidak berantakan, cara mengambil lilin yang benar dan bahkan cara duduk yang benar, saya juga menadapatkan bantuan dalam menggambar pola sebaliknya karna ternyata menyathing merupakan kegaiatan yang cukup sulit untuk pemula, apa lagi kita harus extra berhati-hati karna lilin cair yang panas bisa saja melukai tangan. Disela-sela menyanthing saya juga berbincang-bincang dengan ibu tutor tersebut, saya bertanya berapa lama biasanya  untuk menyelesaikan satu kain batik dan betepa terkejutnya saya ketika iibu itu mengatakan bahwa satu kain batik berukuran 2 meter paling capat dikakukan penyanthingan selama 1 bukan. Akhirnya saya mengerti kenapa jenis batik tulis ini dipatok dengan harga yang cukup tinggi dipasaran yang  harga paling murahnya saja bisa mencapai Rp500.000.
Setelah selesai menyanthing kami pun di bebaskan berkeliling di sekitar kampung, di depan pusat batik girilyo terdapat beberapa orang yang menjual makanan walau saat itu memasuki bulan ramadhan tapi karna saat itu saya sedang tidak berpuasa saya mencoba beberapa makanan disana salah satunya bakwan jagung yang menurut saya sangat enak apa lagi dimakan saat masih hangat. Mungkin jika bukan dibulan puasa bakal banyak sekali orang-orang yang berjualan jajanan disana. Kami juga berkesempatan melihat-lihat batik di dalam gallery yang ada, banyak sekali koleksi-koleksi pada batik mereka yang sangat bagus membuat keinginana saya untuk membelinya menjadi semakin kuat.
Namun ada kejadian yang tak terduga saat itu yang menimpa saya, saya yang saat itu menggunakan kain batik yang saya lilit sebagai rok tiba-tiba ditegur oleh salah satu bapak-bapak yang ada disana dengan suara yang cukup keras membuat saya sangat terkejut, pasalnya bapak itu tidak terima bahwa saya menggunakan kain tersebut secara terbaik. Sebagai orang awam tentu saya tidak tau bagaimana melihat pola batik yang menurut saya sama aja anatara terbalik atau tidak. Untungnya saya di situ langung membalik kain tersebut sesui dengan arahan ibu-ibu yang ada disana dan meminta maaf agar tidak terjadi masalah berkepanjangan. Jujur saja sampai sekarang saya masih tidak mengerti kenapa bapak tersebut bisa sangat marah ketika meihat saya, mungkin memang salah saya sebagi orang awam yang tidak paham dengan pola batik dan bagaimana cara melihanya dengan benar.
Namun diluar kejadian itu, saya bersyukur bisa diberi kesempatan untuk datang kedesa batik giriloyo untuk belajar membatik disana dan medapatkan oleh-oleh berupa batik yang saya canting tadi. Jika ada kesempatan ingin rasanya kembali kedesa itu dan belajar menyathing lagi juga membawa pulang batik tulis yang ada disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H