Mohon tunggu...
Ekalaya Irpan Pamuji
Ekalaya Irpan Pamuji Mohon Tunggu... Animator - Seorang Guru dan Penulis tentang Realita Kehidupan Masyarakat

Seorang Guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas. Sehari-hari hobi menulis dan berolah raga Badminton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rasa Tidak Pernah Bohong

28 Agustus 2022   21:21 Diperbarui: 28 Agustus 2022   21:25 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         

          

 Mendidik adalah hal yang paling mendasar dalam menanamkan rasa dan cinta terhadap peserta didik. tidak melihat suku, agama, maupun latar belakang keluarga baik secara finansial maupun secara kultural. jika seorang pendidik terjebak dalam pola pikir subjektif. maka akan terjadi pudarnya rasa cinta maupun ketulusan dalam mendidik. sehingga  tindakan pun tidak objektif dalam setiap penangangan maupun menghadapai peserta didik.

        kembali pada konteks mendidik, tantangan terberat seorang pendidik adalah mendidik?, mengapa  demikian!. apakah tugas mendidik seperti nampak mudah melihat kebersamaan seorang pendidik dengan peserta didik. ya tergantung situasi dan kondisi lapangan serta karakter wilayah, karakter lingkungan sekolah.

 jika kita melihat dikota -kota besar tentu nampak mudah dengan berbagai fasilitas sarana dan prasarana, serta kultur yang  mendukung, dan mindset orang tua yang sudah paham akan masa depan peserta didik.

lalu bagaimana di daerah , tentu jawabanya relatif ya tergantung pada latar belakang pendidikan orang tua serta lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat. realitas dilingkungan keluarga dan masyarakat,  terkadang berbanding terbalik dengan realitas dilingkungan sekolah. 

Sekolah menanamkan kedisiplinan, tanggung jawab dan rasa toleransi.

Tidak pernah dipungkiri bahwa manusai memiliki nurani untuk saling berbagi rasa, cinta, suka dan duka. Apalgi jika kita berprofesi sebagai seorang guru. Bersetuhan secara langsung dengan berbagai latar belakang siswa bukan suatu yang luar biasa. Namun, menjadi pemandangan umum khususnya menangani kesiswaan. Mulai dari siswa alpa, bolos telat sampai dengan siswa berprestasi adalah makanan sehari-hari.

Ketika bertemu dengan siswa yang hidup sibatang kara alias hidup mandiri fithging sprit menjaga asa dalam keterbatasan,  Menjadi santapan pagi hingga siang hari. Seperti seorang nelayan terombak ambi perahu ditengah gelombang pasang surut ombak berdebur.

Hal yang menjadi tanya tanya besar, ketika siswa bermasalah dengan kehadiran, Alpa atau Bolos disaat wali kelas melayangkan surat panggilan atas dasar iktikad baik untuk menyelesaikan masalah siswa. Terkadang miris ada beberapa orang tua siswa acap kali abai dan terkadang tidak memberatkan surat panggilan dari wali kelas sebagai wakil orang tua disekolah.

Miris!!!! Miris!!! Bukan maksud mempropokator atau mengeruh suasana. Acap kali orang tua tidak datang dengan alasan sederhana. Ada masalah dan masih ada acara keluarga.

Wali kelas dan BK terkadang diabaikan? Lalu dalam benak dan hati nurani yang dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun