Mohon tunggu...
Ekalaya Irpan Pamuji
Ekalaya Irpan Pamuji Mohon Tunggu... Animator - Seorang Guru dan Penulis tentang Realita Kehidupan Masyarakat

Seorang Guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas. Sehari-hari hobi menulis dan berolah raga Badminton

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ilalang Bersiul dengan Pongahnya

1 Desember 2021   06:48 Diperbarui: 1 Desember 2021   07:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam berumah tangga sudah pasti banyak lika liku yang dilalui. Apakah cobaan dari pihak luar. Misalnya hadir orang ketiga bisa perselinguhan, intervensi orangtua. atau dari kedua pasangan tersebut. Misalnya sikap keras kepala, egois. Seperti itulah dalam dinamika berumah tangga. Himpitan ekonomi menjadi dilema dalam berkeluarga. Dengan tedensi mencari sensasi diluar sana. Kata yang penting happy, atau  mengikuti trendi.

Keluarga adalah sekelompok individu terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Itu pun dikatan keluarga kecil. keluarga bukan berbicara tinggi rendahnya status sosial, maupun pendapatan perkapita untuk mengkalkulasi angka. Memang benar manusia tidak hidup tanpa angka alias pulus. Tetapi itulah jalan kehidupan yang dilalui, Setiap perjalanan ada lika likunya. Karena kita tidak terlahir dari orang kaya atau dari para bangsawan.

Keluarga merupakan wadah untuk tempat ladang ibadah dengan proses panjang dan tak kenal lelah. Hal manusiawi manusia terlahir dalam berbagai kelemahan. “Tidak ada manusia yang sempurna!”. Jika si A mengatakan dengan pongahnya aku wanita karir lho, dengan gaji Sekian bin sekian. Aku lulusan sarjana lho, dengan titel selangit seperti ilalang ditiup angin. Dengan pongahnya, kamu gimana ?

Di zaman serba cepat ini, manusia di tuntun untuk lebih cepat untuk selalu beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan kecepatannya terkadang hasrat untuk memenuhi segala impian dan obsesinya, mengacuhkan dan apatis dengan keadaan. Heemmm ... sombongnya diri. 

Wanita karier seyognya adalah wanita yang bisa menyesuaikan diri. Sesuai pada Era Kebangkitan  R A Kartini. Dengan karya yang terkenal. “Habis lah gelap terbitlah terang”. Pada masa itu kaum wanita  direndahkan derajatnya karena dalih perbedaan jenis kelamin. Dengan perjuangan beliau kini kaum Hawa menjadi sama secara Gender.

 Gender  berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”, berarti tipe jenis. Gender adalah sifat dan perilaku yang diletakkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya. 

Memposisikan hak dan kewajiban pada persamaan gender pada posisi status dan peran. Jika istri disamakan dengan konteks gender didalam rumah tangga. Tentu berbeda dengan gender di dunia kerja. Hal ini lah yang terjadi sebuah kerancuan dalam berpikir dan bertindak. Sehingga timbul dilema antar harapan keluarga dan harapan karier. Walaupun tujuan wanita karier adalah untuk menopang ekonomi keluarga. Namun tidak jarang pula bahwa tujuan utama wanita adalah mendidik dan mengasuh anak, membimbing serta melayani suami. Tentu itu mustahil di zaman Modern seperti ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun