Tanggal 1 Oktober 2022, Bangsa Indonesia kembali harus berduka. Kabar memilukan itu datang dari Aremania, kelompok supporter Arema Indonesia yang menjadi korban dari keganasan aparat keamanan di pertandingan antara Arema dan Persebaya.Â
Korban jiwa sudah mencapai angka 120 orang lebih, yang menandakan bahwa tragedi Kanjuruhan sebagai tragedi kematian supporter paling besar kedua di dunia.Â
Tragedi ini mendapatkan perhatian dunia internasional. Hampir seluruh insan sepak bola menyampaikan bela sungkawanya serta menaruh perhatian lebih terhadap situasi yang berkembang.Â
Suporter dari berbagai klub di Indonesia menyalakan lilin dan menyanyikan chants Aremania sebagai bentuk solidaritas antar supporter. Kondisi ini jelas menimbulkan pertanyaan, apa yang salah dari persepakbolaan Indonesia?
PSSI sebagai induk sepakbola Indonesia jelas menjadi pihak yang paling bertanggungjawab atas tragedi mematikan ini. Sebagai institusi yang menaungi olahraga yang paling diminati di Indonesia, kualitas PSSI sangat buruk.Â
Mulai dari tata kelola organisasi yang amburadul, sedikitnya keberadaan orang-orang profesional sebagai pengurus hingga integritas yang rendah adalah sebagian dari tumpukan problem yang ada di tubuh PSSI.
Opini terhadap kerusuhan di Kanjuruhan terbelah menjadi dua, ada pihak yang menyalahkan supporter karena sikap anarkisnya setelah klubnya kalah, ada juga pihak yang menyerang aparat keamaan karena brutalitasnya.Â
Namun, kedua hal tersebut sebenarnya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. PSSI sebagai induk jelas telah gagal total membangun sepakbola Indonesia menjadi lebih baik. Individu-individu yang ada di dalam dunia sepakbola terjebak dalam sistem jelek yang dibuat oleh PSSI.Â
Sistem yang jelek itu mempengaruhi kualitas pertandingan, kualitas supporter, kesehatan keuangan klub, hingga kualitas liga itu sendiri. Sistem yang dibangun hanya untuk mengejar pundi-pundi dan rating semata, telah terbukti memakan korban jiwa.
REVOLUSI PSSI!
Revolusi PSSI adalah cara paling tepat untuk memperbaiki kualitas persepakbolaan kita. Saat ini, kita tengah bersemangat karena prestasi Timnas kita sedang menanjak, namun apabila institusi nasionalnya bobrok, maka prestasi tersebut bisa menjadi tak berharga.Â