Mohon tunggu...
Eka Dharmayudha
Eka Dharmayudha Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pasca Sarjana Kajian Stratejik Ketahanan Nasional UI

Menyukai politik, sepakbola, dan menulis puisi. Kenal lebih dekat melalui instagram saya @ekadharmayudha

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Dingin Baru; Sebuah Impian Amerika Serikat

4 Maret 2022   19:49 Diperbarui: 4 Maret 2022   19:59 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Eka Dharmayudha.

Perang adalah sebuah bentuk kejahatan terhadap hak untuk hidup aman dan tenang. Setiap tindakan operasi militer yang diambil oleh pemimpin politik atau kelompok tertentu adalah bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Namun ada yang berbeda dari konflik yang tengah memanas belakangan ini. Konflik antara Ukraina dan Russia telah menyedot perhatian publik internasional hingga menyebabkan pembicaraan publik kali ini pasti mengarah kesana. Tulisan ini tidak akan membahas mengenai sejarah awal konflik ataupun alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya konflik. Penulis lebih tertarik membahas "tujuan" Amerika Serikat dari konflik ini.

Amerika Serikat jelas tak bisa dilepaskan perannya pada konflik ini. Selain karena ada sejarah perang dingin antara Amerika Serikat dan Russia (dulu Uni Soviet), Amerika Serikat merupakan pemimpin diantara para negara-negara yang tergabung dalam NATO. Seperti yang sudah dibicarakan pada banyak diskusi dan pemaparan ilmiah, ekspansi NATO ke Eropa Timur merupakan salah satu alasan paling kuat bagi Presiden Putin untuk mengambil tindakan pertahanan dan keamanan dalam negeri Russia dengan menyerang Ukraina.

Sanksi ekonomi, politik, sosial, dan budaya telah dijatuhkan kepada Russia. Bahkan sanksi juga menyasar tim olahraga Russia. Beberapa event olahraga yang melibatkan Russia telah ditangguhkan pelaksanaannya. Tak hanya itu, kini Amerika Serikat, melalui pernyataan Presiden Biden, juga akan mulai menyita aset-aset para miliarder Russia yang ada di Amerika Serikat. Selain itu, negara-negara Eropa, terutama yang tergabung dalam NATO, mulai mengirimkan bantuan militer, baik berupa anggaran maupun senjata. Presiden Ukraina juga telah mempersenjatai masyarakat sipil dan organisasi paramiliter untuk bertempur melawan pasukan Russia. Muncul pertanyaan, apa untungnya Amerika Serikat dari konflik ini?

  • Melemahkan Kekuatan Russia

Russia, meskipun Uni Soviet telah runtuh, tak bisa dipandang sebelah mata sebagai salah satu kekuatan terbesar di dunia. Mulai dari kekuatan militer, jumlah hulu ledak nuklir, hingga ekonominya. Amerika Serikat yang melabeli dirinya sebagai negara adidaya di dunia, jelas tak suka dengan kekuatan Russia yang akan mengancam dominasi mereka di dunia. Belum lagi Amerika Serikat mempunyai musuh baru dari Asia, yaitu China. Dengan melemahkan Russia, Amerika Serikat bisa lebih fokus untuk menghadapi China di Asia.

  • Industri Militer

Negara-negara Eropa semenjak mendapatkan kedamaian dan kestabilan Eropa, anggaran militer pun dikurangi setiap tahunnya. Selama ini, anggota-anggota menerima anggaran militer yang besar dari Amerika Serikat. Ini pernah menjadi kontroversi ketika Presiden Trump berniat untuk mengurangi anggaran NATO dan meminta Eropa yang menjadi bagian dari NATO untuk menaikkan anggaran militernya. Tentu saat itu Eropa menolak. Namun kini, sejak operasi militer Russia ke Ukraina, Amerika Serikat bisa menawarkan kembali proposal anggaran militer kepada Eropa. Lalu mengapa Eropa? Semenjak angkat kakinya Amerika Serikat dari Afghanistan, dan kestabilan baru tercipta dibawah pemerintahan Taliban, Industri militer membutuhkan pasar perang yang baru. Industri Militer takkan berkembang apabila tidak ada perang yang memakan waktu panjang. Trump sudah diperingati soal ini. Namun Presiden Trump bukan orang yang suka perang fisik. Ia adalah seorang pebisnis yang isi kepalanya adalah bisnis dan keuntungan. Namun semenjak Biden duduk di Gedung Putih, Industri Militer kembali bergairah untuk mencari pasar perang yang baru sama seperti ketika zaman Obama dengan "Arab Springnya." Selain itu, Industri Militer adalah tulang punggung "superpower" Amerika Serikat di dunia, sehingga pasar harus terus diciptakan demi menjaga tulang punggung itu.

Semenjak Uni Soviet runtuh, Amerika Serikat memulai rencana untuk menyebarkan pengaruhnya di Eropa Timur. Langkah ini dikritisi oleh beberapa akademisi karena akan menyebabkan ketegangan baru. Namun dari semua negara di Eropa Timur, Ukraina adalah wilayah yang paling sensitif bagi Russia. Amerika Serikat kemudian, telah diakui oleh Presiden Obama juga, meluncurkan aksi untuk menggulingkan pemerintahan hasil pemilu yang pro Russia melalui serangkaian aksi demonstrasi, dan menaruh Presiden baru yang lebih pro Barat. Hal ini juga tak terlepas dari kesalahan perhitungan Gorbachev yang menganggap Uni Soviet akan sejahtera apabila membubarkan diri.

Melalui berbagai diskusi dan debat, ada yang mengatakan juga bahwa Amerika Serikat juga bisa membuka pasar Industri Militernya di Asia Timur, dengan mengganggu China lewat Taiwan. Namun, penulis melihat hal ini sangat tidak menguntungkan Amerika Serikat. Karena dari kejadian Perang Dagang (yang dimenangkan China), China terlihat begitu tenang dan tidak terburu-buru, bahkan mereka bisa lepas dari genggaman sanksi-sanksi ekonomi yang begitu banyak. Satu hal lagi ialah, negara-negara Asia tidak terlalu kaya dibanding negara-negara Eropa, sehingga meskipun China telah diganggu dan menyebabkan ketidakstabilan kawasan, Industri Militer Amerika juga tidak akan mendapatkan keuntungan yang besar karena negara-negara Asia takkan menghabiskan banyak anggaran untuk belanja militer. Untuk itu, pilihan realistisnya jatuh pada Eropa dengan mengganggu Russia. Industri Militer akan kembali mekar, Amerika Serikat akan mempertahankan hegemoninya di Eropa yang semakin hari semakin menipis.

  • Pasar Energi

Selama ini, hubungan Russia dan Eropa sangat baik karena adanya hubungan mutualisme di dalamnya. Eropa memasok energi dari Russia, Russia mendapatkan keuntungan dari perdagangan energi tersebut.  Presiden Trump, ketika Eropa menolak mengganggarkan lebih tinggi anggaran militernya, mempunyai solusi untuk membuat Eropa tidak nyaman. Tentu saja jawabannya adalah Russia. Hanya Russia yang bisa membuat Eropa ketakutan dan tidak nyaman. Untuk itu, Trump mulai menekan beberapa negara, khususnya anggota NATO, untuk membatalkan kerjasama energi antara Eropa dan Russia. Dengan berakhirnya kerjasama energi antara Eropa dan Russia, Amerika Serikat akan menciptakan pasar energi baru di Eropa.

Rencana Amerika Serikat terlihat begitu efektif untuk saat ini, dengan pernyataan Presiden dalam pidato terakhirnya yang menyatakan Amerika Serikat telah mendapatkan kemenangannya dengan berhasil membuat dunia mengucilkan Russia. Satu-satunya faktor yang akan membuat rencana Amerika Serikat berantakan hari ini adalah Presiden Ukraina, Zelensky. Presiden Zelensky, yang notabenenya adalah orang yang berkecimpung lama di dunia Showbiz, melihat peluang ini untuk tampil sebagai "People's Hero." Kesempatan ini juga dipakai untuk menekan negara-negara besar untuk seperti memasukkan Ukraina dalam keanggotaan Uni Eropa. Zelensky melihat dukungan besar dibelakangnya dan mencoba melakukan tarik ulur dalam perundingan dengan Russia. Meski pada awalnya ia mengingkan berakhirnya konflik, namun melihat keuntungan sedang berada di sisinya, Ia mulai mencoba meraih hasil yang luar biasa dari konflik ini dengan mengalahkan Putin dalam catur geopolitik kawasan. "Ngeyelnya" Zelensky ini, menurut penulis, bisa saja menjadi pedang bermata dua bagi rencana Amerika Serikat untuk kembali menanam hegemoninya di Eropa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun