Mohon tunggu...
Eka Dharmayudha
Eka Dharmayudha Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pasca Sarjana Kajian Stratejik Ketahanan Nasional UI

Menyukai politik, sepakbola, dan menulis puisi. Kenal lebih dekat melalui instagram saya @ekadharmayudha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruwetnya Mencari Arti Cinta

2 Mei 2020   09:59 Diperbarui: 2 Mei 2020   10:33 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis bisa saja memberikan banyak contoh, tapi alangkah baiknya pembaca mencarinya di kehidupannya masing-masing, atau mungkin saja pengalaman pribadinya. Kisi-kisinya adalah kalau ada tukar tambah unsur duniawi terhadap cinta, artinya cintanya sudah kapitalis. Paham? Sudah menemukan contoh kasusnya? Baiklah, kita lanjut dulu sedikit, sebelum kapitalisme malah bangkit lagi dan mempertahankan kekuasaannya.

Walau sebenarnya virus ini sedang dan sepertinya mampu mengungguli kapitalisme, tapi sebenarnya satu-satunya yang mampu mengalahkannya adalah roh bangsa ini. Percaya atau tidak, kekuatan cinta sejati itu mampu mengalahkan kekuatan nuklir hari ini dan masa depan. 

Ah kalian manusia-manusia skeptis pasti akan menolaknya. Tentu saja. Lihat lah para pujangga era modern ini yang tidak mampu memberikan rasa pada puisi cintanya, tapi laku di pasaran. Aneh bin ajaib. Mungkin penulis harus belajar sekali-kali pada mereka. Mendayu-dayu, tak terlalu makna yang penting galau-galauan. Rumit memang millennials ini. Arrrggghhh!!! Kembali ke roh bangsa. 

Cinta sejati itu tak boleh mengenal transaksi tukar tambah seperti konsep ekonomi kapitalisme. Itu berbahaya. Contoh saja yang di atas tadi, cerita tentang seorang jomblo yang baru ditolak oleh calon mertuanya. Baru calon saja sudah ditolak. Bayangkan kalau dia memaksa untuk mencintai pasangannya itu. 

Kadang sedalam apapun cintamu pada pasanganmu, memaksa bukanlah bagian dari cinta. Artinya, cinta sejati itu tidak boleh ada "karena". Seorang ahli debat, seorang orator, seorang pekerja bersih-bersih kota, seorang ibu rumah tangga, harus sampai pada tahap gugup, gagap, terbata-terbata, tidak bisa menjelaskan, keringat dingin, dan gembira ketika ditanya mengapa kamu mencintainya? Tidak boleh juga berpuisi yang indah-indah. Nanti pasanganmu akan meminta untuk dibuatkan puisi berikutnya. Sama saja membiarkan kapitalisme hidup diantara cintamu.

Cinta Sejati hanya ada pada mereka yang hidup bersama selamanya.

Pertanyaan lagi. Apa artinya hidup bersama selamanya? Bagi beberapa kepercayaan, hidup itu cuma sekali. Beberapa lainnya percaya adanya kehidupan kedua. Sebagian lagi percaya kelahiran kembali. 

Lalu bagaimana itu hidup bersama selamanya? Apakah yang bersama-sama hingga maut memisahkan? Atau bersama-sama hingga di alam sana? Atau bersama-sama saat kembali dilahirkan ke dunia? Tentu ini pertanyaan yang sangat sulit. 

Tapi penulis mencoba menjawabnya dengan sangat sederhana. Jawabannya tidak tahu. Mengecewakan pasti jawaban ini, tapi coba perhatikan baik-baik. Itulah indahnya cinta, membiarkan setiap masing-masing diri kalian bebas memberikan makna padanya. Bahkan cinta bisa menuntun seorang atheis menemukan "tuhan". 

Di puncak Mahameru, si atheis berkata pada kekasihnya; "Kasihku, jika cinta menuntunku untuk hidup bersamamu, maka aku menemukan Tuhan di dalam dirimu." Entah tuhan mana yang dimaksud, tapi rasakan keindahannya sebentar saja. Mungkin saja jawaban atas pertanyaan "hidup bersama selamanya" bisa ditemukan.

Refleksikan dirimu saat ini. Bisakah di dalam hidup yang penuh misteri ini kalian menemukan cinta sejati? Perluas kosakatamu tentang cinta, jangan hanya mengandalkan pengertian yang diberikan pemerintah, wong mereka mengartikan mudik dan pulang kampung saja malah membuat gaduh, apalagi dipaksa mendefinisikan cinta yang paling murni, bisa jadi menyebabkan kekacauan politik itu. 

Ujung-ujungnya terjadi kudeta dan revolusi. Berbahaya. Tapi kali ini polisi bisa sedikit tenang karena bukan kelompok hitam-hitam yang akan melakukan revolusi seperti yang mereka gembor-gemborkan, melainkan oleh pujangga-pujangga yang menemukan cinta lewat perihnya ketidakadilan. Selamat menemukan cinta, semoga beruntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun