Mohon tunggu...
Eka Dharmayudha
Eka Dharmayudha Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pasca Sarjana Kajian Stratejik Ketahanan Nasional UI

Menyukai politik, sepakbola, dan menulis puisi. Kenal lebih dekat melalui instagram saya @ekadharmayudha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Gotong Royong dari Anak Tongkrongan

19 Maret 2020   13:07 Diperbarui: 21 Maret 2020   17:27 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anak tongkrongan tanpa harus dilatih, diospek, sudah tumbuh rasa kepemilikkan terhadap tongkrongannya. Misal saja seperti listrik. Mereka selalu mengerjakan tugas di tongkrongan atau mengisi daya baterainya, maka setiap akhir bulan akan ada koordinator yang ditunjuk untuk mengumpulkan uang listrik. Atau misalnya ketika penjualan warung tongkrongannya menurun akibat adanya penggusuran sehingga tongkrongannya kehilangan pembeli, maka anak-anak tongkrongan ini membeli lebih sering dan lebih banyak dari sebelumnya untuk menjaga ekonomi warungnya tetap hidup.

Gotong Royong Menjaga Kawannya Sendiri

Sering kali masalah datang tanpa kita inginkan.Menjaga kawan atau setidaknya peduli dengan keadaan kawan adalah prinsip yang dipegang oleh anak tongkrongan. Permasalahan kuliah, pekerjaan, ataupun keluarga, sering kali bersama-sama didiskusikan untuk dipecahkan.

Ini yang jarang terjadi di tempat lainnya, atau pada mereka yang bukan berasal dari anak tongkrongan. Kepekaan terhadap yang terjadi pada kawan ini bukan tanpa sebab. Anak tongkrongan sudah terbiasa bersama dan melihat geliat kawannya itu, maka ketika kawannya berbeda dari biasanya, seperti ada peringatan dan tergerak untuk mengetahui permasalahan itu. Oleh karena itu jangan heran bila anak tongkrongan itu saling memegang rahasia masing-masing kawannya, sehingga mereka akan saling menjaga kawannya tersebut.

Memang gotong royong itu terlihat sederhana, tetapi pada kenyataan sangat sulit untuk dilakukan. Banyak dalam pergaulan perkotaan yang individualistik, jati diri bangsa ini meluntur dan perlahan hilang. Anak tongkrongan seperti hadir sebagai antitesa terhadap karakter individualistik yang hidup hari ini. Anak tongkrongan tak pernah ditengok, tak pernah menjadi perbincangan, dan tak pernah dihargai, namun mereka hidup dengan prinsip dan prinsip itu lah yang menjaga peradaban bangsanya agar tetap tumbuh dan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun