Mohon tunggu...
Eka FebrianaSaputri
Eka FebrianaSaputri Mohon Tunggu... Penulis - Love yourself

tersenyum adalah hal termanis ketika dilakukan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

It's Okay That Everything Will Feel Good

9 Februari 2021   21:47 Diperbarui: 9 Februari 2021   22:00 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/suriyanah14


Matahari mulai terbangun secara perlahan untuk menyinari bumi yang masih gelap.  Kala itu, bunyi bising dari benda analog bersuara sangat ricuh. Kring,kring,kring menganggu mimpi indah yang sedang aku nikmatu di dunia mimpi. 

"Hoaaam..." Nafas pagiku yang masih segar dan kristal kecil yang masih melekat dimataku. Betapa nikmatnya tidur semalam karena rintihan hujan deras yang membuat tidur terasa lebih nikmat. Dengan segara aku mengambil ikat rambutku dan segera mengikatnya. Bergegas pergi ke kamar mandi untuk segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan ibadah shubuh. Saat itu, Air terasa sangat dingin hingga tubuh ini membeku. Untuk menghangatkan tubuh ini dengan segera mungkin aku bergegas untuk menggunakan muken dan segera melakukan kewajibanku.

Selepas solat usai, Rasanya menenangkan hati,nyaman dan sangat damai. Ketika berdzikir mengucap tasbih tubuh dan hati yang membeku karna air radi terasa hangat dan sangat menenagkan. "Alhamdulillah," Awalan pagi dengan rasa syukur karena masih diberi waktu untuk melanjutkan kehidupan yang masih banyak harus dilalui.

Angin yang berhembus kesana kemari, Rumput bergoyang karna hembusan angin itu menandakan betapa asrinya kampung halamanku ini.

"Sudah solat nak?" Ucap seseorang bernada lembut menghampiriku dengan sebuah senyuman. 

"Alhamdulillah sudah mbah, baru selesai." Ucapku dengan santun dan penuh senyuman.

"Masyaallah, Putri bantu mbah pergi ke pasar?Kita belanja untuk keperluan syukuran nanti." Suara yang begitu gemulai diucapkan nenekku yang tentu saja tidak bisa aku tolak hanya bisa mengangguk.

Selepas itu aku segera membereskan mukena dan sajadah yang digunakan tadi dan bergegas bersiap-siap untuk pergi ke pasar dengan nenekku yang biasa aku panggil "mbah". 

Kebumen, kampung halamanku yang masih sangat asri, sawah yang berhektar-hektar selalu ada disetiap jalan dan hembusan angin dipagi hari yang sangat menyegarkan tubuh. Pagi itu, pergi bersama sang nenek menggunakan becak kendaraan tradisional yang sangat legendaris dan aku sangat menyukainya. Karena selain nyaman untuk duduk dan bersender, aku masih bisa menikmati hembusan sejuknya suasana pagi dan menikmatinya asrinya pemandangan. 

Suasana Pasar yang ramai dan bernuansa sangat tradisional. Berdesakan bahkan hingga bertabrakan penuh sekali orang beramai-ramai untuk berbelanja. Tawar menawar adalah hal unik yang sering terjadi di pasar. Alunan musik tradisonal begitu berpadu untuk menemani para pembeli di pasar untuk menikmati suasana pasar yang ramai tapi tetap aman dan damai.

Panas matahari mulai manampakkan dirinyake bumi dengan terik hingga tubuhku dibanjiri oleh keringat. Akupun bergegas menyalakan kipas angin untuk mendinginkan diri sambil menonton Televisi. Layar kaca yang menampilkan seorang Wanita cantik yang memiliki pikiran kritis dan sangat di segani oleh seluruh masyarakat Indonesia. Setiap pemikirannya, kritiknya terhadap hal yang sedang terjadi sangat mewakili suara-suara kecil dari rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun