Mohon tunggu...
Eka MP
Eka MP Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis - Blogger

Pecandu Teh dan Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sound of Borobudur, Hidupkan Kembali Alunan Musik dari Pusat Musik Dunia Seribu Tiga Ratus Tahun Lalu

11 Mei 2021   23:46 Diperbarui: 11 Mei 2021   23:55 2144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen japungnusantara.org

Berbagai alat musik tersebut hingga kini masih digunakan di berbaga wilayah Indonesia dan manca negara. Empat jenis alat musik yang menciptakan harmoni membuktikan tinggnya tingkat kebudayaan para leluhur bangsa Indonesia.

Sound of Borobudur

penyelarasan alat musik yang dibuat kembali berdasarkan gambar pada relief Borobudur. (dokumen soundofborobudur.org )
penyelarasan alat musik yang dibuat kembali berdasarkan gambar pada relief Borobudur. (dokumen soundofborobudur.org )

Diprakarsai oleh Trie Utami seorang musisi tanah air yang tertarik mengulik lebih dalam tentang berbagai alat musik tradisional yang terdapat pada relief di dinding candi Borobudur. Niat membuat replika dan menghidupkan kembali berbagai alat musik tersebut membutuhkan banyak waktu, tenaga dan kerja sama dengan berbagai pihak.

Trie Utami bekerja sama dengan Dewa Bujana yang kemudian sang kakak Purwacaraka juga turut bergabung dalam gerakan Sound of Borobudur ini untuk membuktikan kebesaran peradaban leluhur bangsa pada masanya.

Gerakan Sound of Borobudur bukan sekadar terbatas pada seni musik namun meluas hingga pada gerakan kebudayaan, mengembalikan minat masyarakat untuk mempelajari dan menghargai peninggalan bersejarah leluhur bangsa.

Menghargai penginggalan bersejarah dengan mempelajari dan mengembangkan secara luas adalah bentuk penghormatan dan pemahaman terhadap sebuah kehidupan di masa lalu. Pengembangan pariwisata dan kehidupan masyarakat sekitar Borobudur juga akan terpengaruh secara positif.

Gagasan Sound of Borobudur lahir pertama kalinya pada pertengahan Oktober 2016, dalam rangkaian kegiatan Borobudur Cultural Feast, yang meliputi aktivitas "Sonjo Kampung" dan selebrasi pentas seni budaya di lima panggung.

Foto Relief Borobudur karya Adolf Schaefer (1845) (dokumen soundofborobudur.org )
Foto Relief Borobudur karya Adolf Schaefer (1845) (dokumen soundofborobudur.org )

Pada literatur tersebut ditemukan foto-foto alat musik di relief Karmawibhangga yang bentuknya cukup jelas. Bergulirlah gagasan untuk dapat menghadirkan kembali alat-alat musik yang tergambar pada relief Karmawibhangga ini dalam wujud fisik serta membunyikannya kembali.

Saat itu disepakati untuk merekonstruksi tiga instrumen musik dawai, yang bentuknya diambil dari relief Karmawibhangga nomor 102, 125, dan 151. Pengerjaan pembuatan tiga alat musik ini dipercayakan kepada Ali Gardy Rukmana, seniman muda dari kota Situbondo, Jawa Timur.

Maka terciptalah replika alat music yang kemudian dimainkan secara publik dengan lagu-lagu yang diaransemen secara apik. Tak berhenti sampai disitu saja secara terstruktur berbagai aktivitas terkain gerakan Sound of Borobudur semakin digencarkan. Membuat video klip serta mengadakan seminar menjadi upaya masiv untuk menyebarkan pada dunia bahwa Indonsia sejak zaman dahulu khususnya Barobudur pusat musik dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun