Mohon tunggu...
Mr Irfandi
Mr Irfandi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pedagang

Selanjutnya

Tutup

Money

Environmental Marketing

15 Mei 2011   02:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:41 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini, perkembangan di dunia bisnis yang sangat pesat cukup diiringi dengan kepekaan para pelaku bisnis dengan isu lingkungan. Walau hanya berupa wacana dan pencanangan, itu merupakan arus positif dalam meningkatkan tanggung jawab lingkungan terutama pada dunia bisnis. Sudah banyak perusahaan besar yang melakukan CSR dalam bentuk pelestarian dan pengurangan limbah produksi dengan pengolahan limbah. Hal ini pula didukung dengan peraturan-peratuan dari pemerintah mengenai lingkungan. Berbeda sekali dengan keadaan di medio 80-an, dimana banyak sekali perusahaan yang bermusuhan dengan para aktivis lingkungan, yang menuntu adanya pengurangan limbah yang dapat merusak lingkungan. Peran mereka saat ini lebih kepada pengawasan apakah perusahaan menjalankan kegiatan-kegiatan lingkungan baik dalam bentuk CSR maupun pengurangan limbah akibat produksi.

Dalam depertemen suatu perusahaan sendiri, isu lingkungan cenderung di monopoli oleh departemen produksi, terutama perusahaan pertambangan dan pengolahan. Namun lebih dari itu, sebenarnya perusahaan mampu ambil bagian terhadap departemen-departemen lain dalam mengampanyekan isu lingkungan. Salah satunya di bagian marketing. Departemen yang sangat berhubungan dengan konsumen secara langsung. Environmental Marketingyaitu suatu metode marketing dimana dalam memasarkan produk, juga mengampanyekan isu lingkungan.

Bukan hal baru dalam ilmu marketing. Namun perannya masih sering disepelekan dan masih kurang ditonjolkan. Environmental Marketing seharusnya mampu menjadi alat menjaring pasar. Kita harus ingat bahwa dengan bebasnya infornmasi di pasar, konsumen selalu menambah pengetahuannya. Kondisi saat ini pun konsumen memiliki perhatian lebih kepada isu lingkungan ini, terutama konsumen menengah keatas. Perusahaan juga dapat menjaga pencitraan baik dan menciptakan preseden baikdalam menerapkan environmental Marketing. Saat ini pun label Green Company merupakan label kebanggaan bagi suatu perusahaan. Dengan banyaknya kampanye lingkungan saat ini dan tentunya negara-negara sudah mulai mengalokasikan peningkatan anggaran untuk isu lingkungan ini, bisa dikatakan pula, hal ini merupakan lahan basah bagi perusahaan. Bisa jadi suatu saat pemerintah menerapkan regulasi “uji emisi” untuk perusahaan, dalam syarat untuk mendapat suntikan modal.Atau dalam kaitan kerja sama antar perusahaan, mungkin suatu saat perjanjian kerja sama memiliki unsur lingkungan di dalamnya.

Pendekatan Environmental Marketing ini pun dapat kita mulai dengan membedah marketing mix. TerdapatProduct, Price, Place, Promotion. Pertama, perusahaan dapat mengakali dengan Produk yang pro lingkungan. Mungkin akan sulit ketika kita harus mengubah produk dalam penyesuaian dengan isu ini. Yang paling mudah adalah bermain dengan kemasan (packaging). Kemasan yang dirancang ramah lingkungan, dapat di daur ulang, atau terdapat kampanye pro lingkungan dalam kemasan. Namun kita perlu berhati-hati untuk tambahan biaya yang akan terjadi, memang akan menambah biaya, namun kita harus jeli dalam memanfaatkan sesuatu sehingga tidak menaikkan biaya yang terjadi. Misalnya, membuang kemasan plastik dan mengganti dengan kertas. Tentu itu akan menambah biaya akibat pergantian itu, namun kita dapat membuat kertas yang sangat kuat dan mampu digunakan kembali, saat itu kita menggiring konsumen untuk menggunakan kertas dalam pembelian ulang. Tentunya biaya di awal akan mahal dan beresiko, namun sisi baiknya, dalam jangka panjang konsumen akan membeli isi ulang , tentunya kita tidak membutuhkan kemasan kertas lagi dalam pembelian ulang tersebut.

Jika kita tinjau dalam strategi harga. Mungkin kita dapat melakukan penawaran kepada konsumen dengan harga lebih tinggi namun dalam harga tersebut terdapat kontribusi konsumen terhadap lingkungan. Memang agak sensitif ketika kita menaikkan harga, tetapi kita dapat mengakalinya dengan optional atau pilihan. Konsumen dihadapkan pada kondisi memilih, tidak merupakan keharusan.

Ketiga, dalam penempatan produk, memang terlihat abstrak dalam penerapannya, bisa kita gunakan tempat yang mengandung unsur lingkungan. Mudahnya yaitu dengan memilih tempat bewarna hijau atau memberikan gambaran-gambaran mengenai daur ulang, bisa juga kita gunakan tumbuhan hijau untuk menemani produk kita tersebut.

Mungkin yang keempat ini adalah yang paling penting dan mudah dilakukan, yaitu promosi. Dalam mempromosikan produk sering kali kita menggunakan media-media. Disanalah kita bisa memasukkan isu lingkungan. Sehingga kita mampu memperlihatkan bahwa perusahaan pro terhadap lingkungan. Memang bukan hal mudah jika kita hanya melakukan sekedarnya atau hanya beberapa waktu saja, promosi produk kita disertai dengan promosi lingkungan akan dapat terlihat hasilnya jika dilakukan secara terus-menerus.

Kasus dan contoh di atas memang bukanlah hasil tinjauan literatur atau pengalaman, namun hanya sekedar pemikiran yang ideal dari penulis. Seperti beberapa orang berkata, “kenyataan tak seindah teori” namun bukan berarti Environmental Marketing dapat disepelekan dalam perkembangannya di lingkungan bisnis. Penerapannya bisa menjadi alat yang membantu peningkatan penjualan produk perusahaan . Kita juga harus memahami kondisi pasar yang akan kita tuju dengan penerapan Environmental Marketing ini karena memiliki segmentasi tersendiri. Kita juga harus memikirkan manfaat dan biaya yang terjadi.Akan banyak sekali faktor yang harus di lihat untuk menerapkan Environmental Marketing. Namun semakin tumbuh berkembangnya lingkungan bisnis, kitabisa berharap bahwa perkembangan itu seiring dengan peningkatan kesadaran lingkungan baik oleh perusahaan sebagai pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai konsumen.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun