Mohon tunggu...
Egy Fachriansyah
Egy Fachriansyah Mohon Tunggu... Freelancer - cuma orang biasa

Kadang hanya lurus kadang pula berliku-liku, itu lah jalan. terpenting saya tau kemana tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nafsu Binatang

27 Oktober 2020   01:15 Diperbarui: 27 Oktober 2020   01:16 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari menebus kandang orang utan, burung burung mulai berterbangan menunggu sarapan, semua binatang berkeluyuran dikandang mereka, disasaat para pengunjung belum datang, binatang-binatang tersebut sudah mempersiapkan diri menjadi tontonan. Kawanan komodo tertidur melingkar sepertinya mereka baru selesai mengadakan rapat malam, Penjaga kandang melempar makanan tapi semuannya terdiam seperti manusia yang sudah kekenyangan

“ jangaan hanya diam, manusia saja tak pernah kenyang kalian semua hanya binatang”

Teriak penjaga kandang yang baru saja diminta cerai oleh istrinya yang kepincut pejabat, wajar memang lelaki yang baru ditinggalkan menjadi sinis dengan ke adaan, begitupun para binatang yang tau tempat tinggalnya akan di dirikan sebuah bangunan. Pada pukul jam 12 siang hanya beberapa pengunjung yang datang itu juga hanya sekumpulan anak anak kecil yang didampingi gurunya yang masih muda dan cantik. Guru muda itu sedang menjelaskan tentang habitat orang utan yang ada di pulau Kalimantan saat berada di depan kandang mereka, diam diam seorang Fotographer kesepian mengabadikan momen itu dari kejauhan.

            “bu guru, bu guru kenapa mereka tinggal disini, kalau habitatnya di Kalimantan?”

tanya polos seorang anak laki-laki yang penasaran, guru muda itu hanya terdiam lalu menjawab mereka semua disini menjadi perwakilan agar semua orang bisa melihat dan tak mengganggunya di alam liar. Seorang anak perempuan berbadan gemuk menarik guru muda itu untuk melihat binatang lainnya, anak itu ingin sekali melihat gajah karena penasaran kenapa kakanya selalu menyebutnya mirip dengan gajah, sebagian anak-anak yang nakal menunjuk nunjuk gajah dan menyebut nama anak perempuan itu.  “ehh liat gajah itu mirip tina” kata sebagian anak laki-laki dan perempuan. Fotographer muda itu menghampiri mereka

“ adik adik siapa yang mau difoto sama kaka bareng gajah yang cantik itu”

Anak anak itu pun berteriak kegirangan, ada yang malu malu dan mendorong temannaya, bu guru menyuruh semua untuk tertib. Sementara photographer sedang mengatur focus kameranya “cekrek cekrek cekrek”. Lelaki muda itu menodongkan tangannya kearah guru muda cantik itu.

“haloo bu guru, saya Adrian”  dengan senyum yang dia alihkan ke anak anak

“iyaa halo, aku Luna, gak usah panggil bu guru kamu bukan muridku”

sambil tersenyum kearah anak anak, membuat sebagian anak tertawa dan yang lainya kebingungan. Mereka berdua cepat akrab setelah mengetahui almamater kampus mereka yang sama, Luna adalah lulusan pariwisata yang sedang membantu sekolah taman kanank-kanak milik ibunya, sedangkan Adrian lulusan sosial politik yang menyari uang sampingan dari hobi fotografinya.

Komodo komodo itu masih berkumpul berkeliling membelakangi kandang, enggan meperlihatkan wajahnya kepada para pengunjung, makanan mereka hanya kerubungi lalat-lalat yang tidak tau bagaimana cara memakan daging, andai mereka semua seperti burung gagak dalam sekejap daging itu sudah ludes dimakan tanpa perduli daging binatang atau manusia. Adrian pun langsung memotret pemandangan kandang komodo, disaat Luna menyuruh anak anak istirahat dan memakan bekelnya masing masing dekat kandang komodo yang tak ingan makan dari pagi itu. Luna menghampiri Adrian yang sedang melihat hasil fotonya.

            “gimana fotonya, bagus gak tuh ?” sambil tersenyum menggoda Adrian

            “gak usah diragukan soal itu lun, tapi aku ragu soal nasib komodo ini”

            “ aku pun selalu ragu soal binatang yang dijadikan tontonan di tempat wisata”

            “andai binatang paham politik kaya kamu, mungkin mereka udah turun ke jalan haha”

Mereka berdua tertawa sangat kenyang membuat komodo-komodo itu berlari menghampiri makanannya yang sedang dkerubuti lalat-lalat bodoh. Penjaga kandang mendapat kabar istrinya tak jadi minta diceraikan, karena pejabat itu baru saja tertangkap atas kasus penggusuran lahan. Sekarang penulis sendiri sedang ragu jika komodo itu dipulangkan ke tempat asalnya, mereka bisa saja tambah tak suka makan atau jangan jangan mereka ingin makan daging sodaranya sendiri, karena kita tak paham ada rapat apa semalam, bisa jadi mereka hanya dijadikan simpatisan di utus untuk menyusup ke alam liar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun