Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Euforia "Squid Game", Cambuk bagi Kita Mengangkat Kembali Permainan Masa Kecil

21 Oktober 2021   14:28 Diperbarui: 21 Oktober 2021   14:31 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serial Squid Game di Netflix. Sumber Gambar: www.netflix.com

Fenomena euforia sebuah film Korea yang tayang melalui Netflix berjudul Squid Game rasanya belum hilang begitu saja meski serial Netflix ini telah berakhir. Film yang mengisahkan tentang permainan masa kecil yang dibungkus dengan adegan kekerasan dan fenomena sosial menjadikan film ini begitu menarik untuk ditonton.

Saya sendiri yang jarang bahkan tidak menyukai film dengan adegan kekerasan atau pembunuhan, menjadi terpikat untuk menonton film ini sampai selesai. Kehadiran serial Squid Game membuat banyak penonton terpikat, selain karena pemainnya, tapi juga jalan cerita yang disuguhkan kepada penonton.

Film yang menurut sutradaranya, Hwan Dong Hyuk, naskah Squid Game dibuat selama 10 tahun, akhirnya memang memikat penonton. Serial yang mengangkat cerita permainan anak-anak yang mungkin dianggap hanya sekadar permainan anak-anak, anggapan ini sama dengan beberapa peserta Squid Game saat menghadapi permainan pertama. Namun, nyatanya permainan anak kecil itu berisiko dan merupakan ajang kompetisi dengan mempertaruhkan nyawa sendiri atau orang lain.

Para pemain dalam serial Squid Game ditantang untuk bermain Red Light Green Light atau lampu merah lampu hijau. Peserta hanya bisa maju berjalan saat patung boneka menutup mata berjaga di sebuah pohon. Konsekuensi bagi mereka yang masih bergerak saat patung boneka menoleh adalah mereka akan ditembak.

Ada juga permainan permen dalgona. Menarik sekali usaha para peserta agar bisa memisahkan bentuk dalgona menggunakan jarum sesuai dengan gambar dalgona. Cara Seong Gi Hun yang menjilat dalgona di bawah terik matahari diikuti oleh sebagian peserta dan membuat Gi Hun berhasil. Selain itu masih ada permainan tarik tambang di ketinggian dan permainan lainnya.

Permainan kelereng menjadi  ujian berat bagi persahabatan dan hubungan para peserta. Pada momen adegan inilah menurut saya, emosi penonton bercampur aduk dan terkuras dengan adegan yang disuguhkan. Peserta yang berpasangan kemudian saling bermain menggunakan kelereng. Jika ada yang kalah dengan jumlah kelereng sedikit atau habis, maka orang tersebut akan ditembak oleh penjaga. Di sinilah momen hubungan Ali dan Cho Sang Woo diuji, dan momen Kang Sae Byeok  dan Ji-Yeong yang saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, dan Oh II-Nam dan Gi Hun dengan Gganbu yang membuat emosi saya pribadi meleleh.  

Tidak dipungkiri Squid Game menjadi serial Netflix yang mendunia. Popularitasnya pun kian menguat. Di Indonesia, sejak kehadiran Squid Game, sudah banyak artikel yang tayang membahas film ini. Bahkan, beragam meme lahir baik itu meme lucu, hingga meme yang digunakan untuk iklan produk kecantikan, dan himbauan kementerian. Pernak-pernik yang berhubungan dengan film ini bahkan mulai ramai menghiasi e-commerce dan marketplace.

Belakangan, sebuah Kafe di Jakarta menerapkan konsep Squid Game untuk menarik pengunjung ramai diberitakan. Bahkan ada yang berpikir agar patung boneka Squid Game seharusnya dipasang di jalan-jalan yang menerapkan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) atau Traffic Light. Mungkin juga ada yang berpikiran agar patung itu menggantikan fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) atau Traffic Light, karena selama ini meski lampu sudah merah, masih banyak yang tidak tertib dan berani menerobos. Tapi,  jika ada patung Squid Game rasanya para pengendara akan berpikir seribu kali jika ingin menerobos agar tidak kehilangan nyawa mereka. Bahkan demam Squid Game ini digunakan dalam Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS Kanwil Kemenkumham Jawa Timur sebagaimana diberitakan Kompas 20/10/2021.  

Dari film ini setidaknya kita tahu, bahwa di luar sana banyak orang yang terlilit hutang, dan memiliki beban permasalahan keuangan. Terkadang, mereka mudah terbujuk cara cepat untuk mendapatkan uang meski mereka harus bersaing atau bahkan membunuh.

Film ini pun bisa menyadarkan kita bahwa permainan anak-anak yang sekarang sudah mulai hilang seiring dengan hadirnya permainan modern, sebenarnya bisa diolah untuk dikenalkan kepada dunia dengan beragam cara, termasuk dengan film. Harus diakui negeri ini kaya akan permainan daerah yang dimainkan oleh anak-anak kecil hingga usia dewasa.

Jika yang selama ini masih sering dilakukan hanya pada saat peringatan Hari Kemerdekaan berupa panjat pinang, balap karung, memukul kendi, sebetulnya masih banyak permainan yang kita miliki. Saat masih kecil, kita mungkin akan teringat kembali dengan memori bermain dengan teman-teman di halaman atau lapangan. Berlarian kejar-kejaran, petak-umpet, bermain kelereng dan lain sebagainya. Kini, hal itu sudah jarang kita dapati seiring masuknya teknologi dan dunia modern, ditambah lagi ketersediaan lahan yang mulai hilang berubah menjadi bangunan-bangunan.

Suatu hari penulis sedang duduk bersandar di sebuah tiang yang terletak di serambi musala. Tiba-tiba, segerombolan anak-anak kecil datang. Seorang anak dengan tangan menutup mata lantas meneriakan sebuah kata yang pasti tidak asing bagi yang sudah menonton Squid Game. Dengan suara khas anak kecil, anak itu berkata: "mugunghwa kkoci pieot seumnida". Sedangkan anak-anak di belakangnya mulai berada di belakang dan diam saat anak ini menoleh ke belakang.

Saya kaget dan bergumam " entah dari mana mereka tahu tentang lagu itu dan permainan yang mereka lakukan? Apakah mereka sudah menonton Squid Game di usia mereka?..". Tapi, momen kejadian ini menarik bagi saya. Mereka yang masih kecil dengan mudah menyerap permainan yang asing baik itu melalui tontonan atau mungkin melihat dari teman seusia mereka yang terlebih dahulu memainkan hal yang sama.

Keramaian dan kehadiran Squid Game yang pengaruhnya juga terasa di Indonesia menjadi PR bagi kita untuk mengenalkan kembali permainan daerah yang kita miliki, meski harus dibungkus dengan teknologi dan disesuaikan dengan perkembangan dunia modern, hemat saya itu akan lebih baik dibandingkan kita harus melihat permainan daerah yang banyak itu hilang dan anak-anak sudah tidak memainkannya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun