Mohon tunggu...
Ega Wiguna
Ega Wiguna Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sastra || @sastra.wiguna_

Memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat banyak

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melalui Wisata Gastronomi Terpadu

25 November 2019   14:58 Diperbarui: 25 November 2019   16:22 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bali.idntimes.com, travel.kompas.com, grid.id, istockphoto.com, etc (diolah Penulis)

Trend Gaya Hidup Halal

Sekarang ini, gaya hidup halal sudah semakin diminati. Bukan hanya orang Muslim saja, tetapi non Muslim pun mulai tertarik untuk menerapkannya. Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan yang signifikan dari industri halal dunia. 

Berdasarkan data dari Global Islamic Economic Report 2018/2019, tahun 2017 pengeluaran Muslim global pada seluruh sektor gaya hidup mencapai USD 2,1 triliun.

Bahkan, di tahun 2017, halal food memimpin pengeluaran Muslim global, dan mengalami perkembangan sekitar 17,7 persen dari total pasar makanan global atau setara dengan USD 1,3 triliun. Dan pada tahun 2019 ini diprediksi akan mencapai besaran USD 2,54 triliun.

Meningkatnya minat dan kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup halal (khusunya halal food), merupakan peluang dan tantangan yang harus segera direspon oleh pemerintah maupun para pelaku usaha di Indonesia.

Mengingat pada tahun 2010, Indonesia memiliki penduduk muslim sebanyak 209,12 juta jiwa atau setara 87,71 persen dari total penduduk yang berjumlah 238,89 juta jiwa. Bahkan pada tahun 2020, diprediksi akan bertambah menjadi 263,92 juta jiwa (Globalreligiousfutures, 2019).

Tentunya, potensi tersebut jangan sampai menjadi suatu hal yang sia-sia. Belum lagi jika ditambah dengan potensi penduduk muslim dunia yang begitu besar (diperkirakan mencapai 1,8 miliar jiwa), yang bisa saja tumpah ruah untuk datang ke Indonesia.

Adanya potensi ini harus digunakan secara optimal. Pemerintah maupun seluruh lapisan masyarakat harus benar-benar serius menjadikan potensi tersebut sebagai penunjang untuk meningkatkan market share industri halal Indonesia dan dijadikan instrumen pertumbuhan ekonomi.

Traditional Halal Food: Evolusi atau Musnah?

Seiring dengan berkembangnya industri makanan halal dan meningkatnya kompetisi para pelaku usaha, kebudayaan lokal menjadi hal yang berharga untuk menarik minat wisatawan terhadap cita rasa suatu produk makanan.

Namun yang menjadi kendala adalah bagaimana menjaga keberadaan makanan khas (tradisional) agar tidak mudah dilupakan. Mengingat, di era sekarang ini sudah banyak sekali produk-produk instan yang justru lebih digemari oleh masyarakat.

Selain itu, masyarakat pun sudah banyak yang tidak mengetahui tentang sejarah, proses pembuatan, cara penyajian serta segala macam informasi terkait dengan makanan tradisional khas daerahnya.

Oleh karena itu, untuk menyelamatkan suatu makanan agar tidak terlupakan, dan bisa dikenal diseluruh dunia diperlukan sebuah strategi.

Strategi yang dimaksud adalah menggabungkan unsur budaya lokal, gaya hidup halal, dengan konsep pariwisata. Salah satunya melalui wisata gastronomi.

Apa itu Wisata Gastronomi?

Mendengar istilah gastronomi, mungkin masih menjadi suatu hal yang asing di telinga masyarakat. Tentunya masih banyak yang bertanya-tanya, "apa sih gastronomi itu?" Ada yang bilang: "gastronomi merupakan ilmu tentang makanan (tata boga)"; ada lagi yang mendefinisikan "gastronomi adalah sama halnya dengan wisata kuliner." Ya, kedua pendapat tersebut memang tidaklah salah, namun kurang tepat.

Menurut Imelda (2015), gastronomi merupakan seni atau ilmu tentang makanan yang baik, atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan dalam menikmati makanan.

Nah, namun yang perlu kita pahami, ternyata wisata kuliner dengan wisata gastronomi adalah dua hal yang berbeda. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Indra Ketaren (Presiden Indonesia Gastronomy Association), gastronomi bukan sekedar kuliner tapi lebih menekankan pada aktivitas menikmati makanan, yang disertai dengan pengalaman dan mempelajari sejarah dan budaya dari makanan itu sendiri.

Sekali lagi, wisata gastronomi memanglah terdengar asing di Indonesia. Namun, lewat wisata gastronomi, justru makanan khas suatu daerah nantinya dapat dikenal diseluruh dunia.

Bahkan, berdasarkan data dari World Tourism Organization (UNWTO), pendapatan pariwisata global itu ternyata 30 persennya adalah berasal dari wisata gastronomi (Laporan Dialog Gatronomi Nasional, 2015).

Oleh karena itu, wisata gastronomi ini menjadi suatu hal yang penting. Apalagi beberapa tahun belakangan ini, pemerintah memang sedang fokus dalam memajukan pariwisata.

Konsep Wisata Gastronomi Terpadu

Wisata gastronomi bisa dikatakan juga sebagai bentuk evolusi dari wisata kuliner. Evolusi yang bertujuan untuk mempertahankan keeksisan suatu makanan dan bertujuan untuk memperluas pasar.

Apalagi Indonesia mempunyai banyak sekali makanan tradisional (halal), yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah mempunyai kekayaan budaya dan ciri khas masing-masing. Tentunya hal tersebut akan menjadi aset yang sangat berharga.

Konsep wisata gastronomi terpadu maksudnya adalah sebuah konsep yang menawarkan beberapa destinasi wisata gastronomi yang saling menyambung satu sama lain dan itu dijadikan satu paket perjalanan wisata di suatu daerah tertentu.

Jadi bukan hanya satu destinasi wisata gastronomi saja. Bahkan di dalamnya sudah dikonsep agar pelayanan dan fasilitas yang diberikan dapat memudahkan semua kebutuhan wisatawan Muslim ketika berwisata. Baik itu terkait tempat ibadah yang memadai, hotel yang ramah, ataupun makanan halal yang memang menjadi destinasi utamanya.

Apa saja yang akan ditawarkan untuk wisatawan?

Pertama, story telling terkait sejarah dari setiap makanan. Wisatawan akan diajak kesuatu ruangan khusus yang sudah dikonsep seperti halnya museum ataupun tempat yang memberikan semua informasi mengenai makanan tradisional tertentu, dan akan mulai diperkenalkan segala sesuatu yang menyangkut makanan tersebut.

Seperti kita ketahui, ketika berbicara makanan tradisional Indonesia, memang tidak akan terlepas dari sejarah, mitos, filosopi, juga tradisi masyarakat yang ada.

Sehingga, selain rasa yang diwariskan, tentunya terkandung juga nilai-nilai kearifan lokal yang dapat dijadikan pelajaran atau dimaknai oleh genarasi berikutnya.

Kedua, tour ke kebun, peternakan atau pasar. Wisatawan akan dipandu untuk berkeliling ke kebun dan peternakan (jika ada), atau ke pasar untuk bersama-sama mencari bahan baku.

Jika itu ada kaitannya dengan daging ayam, kambing, ataupun yang lainnya, maka akan diajak juga untuk melihat bagaimana proses penyembelihan hewan yang dilakukan sesuai syariat.

Ketiga, merasakan sensasi memasak. Wisatawan akan disuguhkan terlebih dahulu pertunjukan atau demo memasak, baik yang dilakukan secara tradisional maupun modern.

Setelah itu, barulah wisatawan akan mencoba untuk memasak sendiri makanan tersebut, dengan didampingi pemandu. Memasak dengan cara penyajian tradisional tentunya akan menjadi nilai lebih dan mempunyai kepuasan tersendiri bagi wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Karena disitulah letak keunikannya (kearifan lokalnya), yang mungkin tidak akan mereka dapatkan di daerah lain.

Terakhir, mencicipi makanan. Bagian inilah yang biasanya disebut wisata kuliner. Wisatawan akan merasakan sendiri makanan yang dibuat sendiri, maupun yang dibuat oleh pemandu (chef). Setelah itu, wisatawan juga bisa membeli makanan untuk dijadikan buah tangan, dan bisa lanjut ke destinasi berikutnya.

Nah, adanya padu padan antara unsur sejarah; budaya lokal; perjalanan wisata; serta gaya hidup halal, akan menjadi pengalaman dan daya tarik sendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia.

Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung, tentu akan berpengaruh besar terhadap peningkatan pendapatan para pelaku usaha (baik perusahaan besar atau UMKM), juga terhadap pendapatan pemerintah.

Apalagi jika kita berbicara multiplier effect dari adanya wisata gastronomi ini (yang sudah dijadikan salah satu destinasi wisata halal), akan berpengaruh sangat besar sekali bukan hanya pada sektor pariwisata saja, tapi juga sektor lainnya. Di antaranya akan menyentuh banyak kegiatan ekonomi, baik itu sektor produksi maupun jasa.

Sehingga pada akhirnya hal tersebut dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah, yang tentunya akan berimbas pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahkan bisa membawa Indonesia menjadi salah satu tujuan utama destinasi halal dan paling banyak diminati oleh wisatawan Muslim dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun