Mohon tunggu...
ega syakila
ega syakila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa jurnalis lagi belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kisah Pedagang Besek Bambu Menjelang Idul Adha di Era Pandemi

2 Juli 2021   22:29 Diperbarui: 2 Juli 2021   22:47 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pedagang besek anyaman bambu

Senin, 28 Juni 2021, deru mesin beroda dua memecah suasana di pasar tradisional Jatinegara. Pasar ini tidak berbeda dengan pasar lain yang biasa kita lihat. Deretan kios-kios pedagang kebutuhan sehari-hari ada disini. Menerobos keramaian dari orang-orang yang berlalu lalang, aku mulai melangkah masuk menembus hiruk pikuk dengan rasa khawatir. mengingat saat ini pandemi sedang melonjak kembali.

Deretan barang dagangan disusun rapi dengan pedagang yang memintaku untuk menyinggahi kiosnya. Lekuk senyuman pedagang menyapaku mengharapkan transaksi. “Cari apa kak?” sebuah pertanyaan ramah yang terlontar membuatku menoleh dan tertarik berbincang lebih dalam dengannya.

Mataku terpesona melihat tumpukan anyaman yang berada di depan kios. Anyaman indah besek dan tampah yang terbuat dari bambu telah mencuri perhatianku. Namun, tak seindah dagangannya, kesedihan terlihat dari raut wajah seorang pria berbadan ramping dengan baju hitam ditubuhnya. Saat ramainya hiruk pikuk kegiatan di pasar, pria itu justru mengaku dagangannya sepi pembeli.

Ia adalah Ahmad, seorang pedagang berbagai macam peralatan rumah tangga yang terbuat dari anyaman bambu. Pria berusia 28 tahun ini sudah menekuni pekerjaannya sejak 2013, saat usianya sekitar 20 tahunan. Pekerjaan ini merupakan “warisan” dari orang tuanya yang juga pedagang peralatan rumah tangga yang terbuat dari anyaman bambu. Sayangnya, pekerjaan itu tidak selamanya baik.

Aku pun tertarik untuk berbincang mengenai pekerjaan yang digelutinya itu. “Hari ini sudah menjual berapa buah mas?” tanyaku. “Belum sampe seratus buah, kak. Sepi, padahal udah mau idul adha, biasanya kalo gak pandemi gini bisa jual seribu sampai lima ribu buah perhari” Ia menjawab dengan raut sedih.

Mengingat pula tak lama lagi menjelang Hari Raya Idul Adha, biasanya besek anyaman bambu ini kerap kali digunakan sebagai wadah untuk membagikan daging kurban sebagai pengganti kantong plastik. Namun, tak seperti tahun sebelumnya, penjualan besek anyaman bambo tahun ini menurun sangat drastis.

Seperti yang dikatakan Ahmad, sebelum adanya pandemi ini, ia dapat menjual seribu bahkan sampai lima ribu buah perhari. Kiosnya memang terlihat sangat sepi, penjualan pun belum sampai seratus buah.

“Memangnya harga besek ini berapa, mas?” tanyaku lagi sambil menunjuk besek anyaman yang berada di sampingnya. “Saya jual  besek  dengan harga Rp5ribu per buah. Tapi kalau beli banyak dapat potongan harga, kak” ujarnya.

Ia menjual besek anyaman ukuran 30cm x 30cm dengan harga Rp5ribu per buah. Namun, untuk menarik minat pembeli ia memberikan potongan harga dengan minimal pembelian seratus buah. Segala cara ia lakukan untuk menarik minat sang pembeli.

“Saya harap pandemi ini cepet selesai ya, biar saya bisa jualan kaya dulu lagi” harap Ahmad.

Harapan itu sejalur dengan kita semua agar dunia ini segera pulih dari penyebaran virus yang menghalangi segala aktifitas kita. Dalam akhir pembicaraan, terlihat kembali semangat yang terpancar dari  raut wajahnya untuk tetap menjalankan hidup dalam pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun