Mohon tunggu...
Ega Nur Fadillah
Ega Nur Fadillah Mohon Tunggu... Atlet - English Department IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatas Cerita Pendakian

8 Februari 2019   18:38 Diperbarui: 8 Februari 2019   19:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pakai saja.. Malam ini sangat dingin. Mungkin dingin ini yang buatmu tak bisa tidur" jawab Jo dengan wajah yang dipenuhi rasa khawatir.

Tidak bisa dibohongi, malam ini memang begitu dingin. Rini memakai jacket yang diberikan Jo dan membantunya untuk mengenakannya.

Malam semakin larut, semilir angin dan kabut lembut pun datang menggigilkan malam ini. Bahkan nyala api unggun mulai redup karena angin yang semakin bertiup kencang. Jo menyuruh Rini untuk masuk tenda dan beristirahat.

((Author pov))

Mereka bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan summit. Mereka menyiapkan sarapan sebelum summit. Seperti biasa, Kang Adi selalu menjadi chef gunung bagi temannya dan team Rini. Team Rini hanya bisa membantu saja. Sebelum melanjutkan perjalanan, mereka makan bersama untuk menambah energi. Seperti biasa, hanya menggunakan kertas nasi dan dicampur menjadi satu mereka makan bersama.

            Tepat jam 3 pagi, mereka berdo'a terlebih dahulu, Kang Adi mengingatkan team Rini untuk lebih berhati-hati karena akan melewati bebatuan dan ketinggian yang sangat curam. Mereka melanjutkan perjalanan untuk sampai ke puncak. Jo selalu setia berjalan dekat Rini, bahkan Jo selalu memabantu Rini untuk terus menanjak. Sesekali mereka beristirahat sejenak lalu melanjutkan.

            Di tengah perjalanan Rini terpeleset, meskipun tidak terlalu parah tetapi membuat kakinya agak susah untuk terus berjalan. Jo menawarkan diri untuk menggendongnya, tetapi ini menolak dan memaksakan diri untuk terus melanjutkan perjalanan menuju puncak. Rini selalu memaksakan diri untuk tetap kuat, tetapi tetap saja membuat Jo begitu sangat khawatir. Jo meraih tangan Rini untuk membantunya, kali ini Rini tidak bias menolak karena kondisi kakinya yang membuatnya butuh pertolongan Jo.

            Pukul 5 pagi, mereka sampai di puncak. Melihat keindahan Sunrise dari atap tertinggi Jawa Barat. Sungguh indah, lautan awan yang menggelayut dan semilir angin berhembus membelai mesra. Semuanya sangat senang dan bersyukur, akhirnya bias sampai pada puncak tertinggi.

((Rini pov))

Aku melangkahkan kaki untuk menikmati pesona alam yang sangat indah, kabut lembut mulai menyelimuti puncak gunung, angin membelai. Tak ada niatan aku untuk berlari dari sini, aku merasakan kenyamanan yang sesuangguhnya. Aku merasakan kenikmatan yang begitu berarti, terasa lebih dekat dengan Tuhan Sang Pencipta alam ini.

Aku memotret pemandangan samudra awan, dan semburat mentari pagi hari. Aku menghembuskan nafasku yang terasa sangat lega. Aku teringat ucapan dari salah seorang teman saya, bahwa mendaki gunung itu berbahaya! harus melewati hutan belantara yang menakutkan. Tapi, hei... Alam ini menenangkan! selama kita bisa menjaga dan tidak merusaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun