Mohon tunggu...
Ega Asnatasia Maharani
Ega Asnatasia Maharani Mohon Tunggu... Dosen - A wanderer soul

Psikolog, Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Saat ini sedang menempuh studi S3 di International Islamic University Malaysia (IIUM) bidang Clinical Psychology.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Kembali ke Sekolah, Bagaimana Membantu Anak Mempersiapkan Dirinya?

10 April 2021   23:08 Diperbarui: 13 April 2021   19:30 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pemeriksaan kondisi suhu tubuh di sekolah tersebut untuk mengantisipasi penyebaran virus menular dan siswa yang melibihi suhu lebih dari 37 derajat akan dipulangkan.(sumber: ANTARA FOTO/FAUZAN via kompas.com)

Salah satu hal yang paling berperan mempengaruhi kecemasan anak adalah ketidakpastian. Sebagai antidote hal ini, beri mereka informasi perubahan sejelas mungkin sehingga anak merasa lebih aman tentang apa yang bakal dihadapinya.

Mulai berikan rutinitas dan lingkungan yang terstruktur. Jam biologis anak perlu diberi sinyal untuk memiliki ritme baru, dan cara terbaik adalah dengan membiasakannya terlebih dahulu. 

Ajak anak tidur dan bangun  di waktu seperti saat mereka bersekolah. Atur lingkungan belajar yang menyerupai situasi di sekolah. Kita sebagai orangtua juga harus berpartisipasi. 

Sebisa mungkin gunakan pakaian rapi selayaknya kita sedang beraktivitas di luar rumah. Apabila anak-anak masih melihat orangtunya berpakaian santai sepanjang hari, mereka akan kesulitan memodel bagaimana harus bersikap dalam situasi terstruktur.  Adanya unsur stabilitas ini di rumah akan membantu anak merasa mendapat dukungan dari orang tuanya di rumah.

Latih 'otot sosial' mereka kembali berfungsi. Salah satu efek pandemi ini bagi anak-anak adalah menurunnya kemampuan interaksi sosial. Sangat mungkin dalam satu tahun ini anak-anak tumbuh lebih individualis dan mementingkan dirinya sendiri lebih daripada sebelumnya. 

Oleh sebab itu penting bagi anak-anak untuk keluar dan kembali berlatih berinteraksi , namun tentu dengan cara yang sehat dan aman. Ajak anak naik sepeda, atau ke taman kota dan beri kesempatan untuk bermain dengan anak-anak lain dalam jarak aman. 

Cara lain, orangtua dapat mengajak anak beraktivitas yang membutuhkan kerjasama. Beri  anak peran yang memungkinkannya menyelesaikan pekerjaan itu dengan bantuan orang lain.

Buat aktivitas yang berkaitan dengan memorinya tentang sekolah. Anak mungkin mengalami kesulitan dengan ide kembali ke sekolah karena ingatannya tantang hal-hal menyenangkan di sekolah menjadi ingatan samar-samar. Kita bisa membantunya dengan proyek-proyek sederhana tentang sekolah. 

Misalnya membuat scrapbook yang berisi foto-foto kelas, teman-teman, guru, lalu tulis kisah singkat di masing-masing foto tersebut. Semakin anak mampu mengumpulkan alasan kenapa kembali ke sekolah itu menyenangkan, akan semakin mudah juga baginya mengatasi penolakan yang mungkin dirasakan.

Latih anak mengatasi kecemasannya sendiri, alih-alih hanya memproteksinya dari perasaan itu. Pada dasarnya setiap perasaan cemas bisa menurun secara alami. 

Tubuh kita memiliki system kecemasannya sendiri dan akan muncul pada situasi yang memicu. Normalnya butuh waktu 20-40 menit untuk tubuh kembali meresponnya dengan cara sehat. Untuk itu, latih anak-anak dalam keseharian untuk menghadapi turbulensi emosinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun