Mohon tunggu...
Ega Ariyanti
Ega Ariyanti Mohon Tunggu... Penulis - Orang biasa-biasa saja

Terima kasih atas partisipasi pembaca! Mohon kritik dan saran supaya penulis bisa lebih baik lagi :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Jangan Mencela, Doakan Jika Itu Usaha Terbaikmu!

18 April 2019   19:32 Diperbarui: 18 April 2019   19:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Perkenalkan bu, nama saya Ria. Nama ibu siapa?"

"Nama saya Yatmi. Saya biasa dipanggil Mbak Mi. Ini anak saya Arsa. Kita kemana ya mbak?" Tanya Bu Yatmi lagi.

"Bu Yatmi tidak perlu khawatir. Saya nanti akan memulangkan ibu kok. Saya hanya akan mengajak ibu berbincang dengan nyaman dan tenang." Jelas Ria.

Mobil Ria belok di sebuah kompleks Belanda dan memasuki halaman rumah yang sangat luas dengan arsitektur Belanda yang kuat dan masih terawat hingga sekarang. Ya, itu rumah neneknya.

Selama 10 tahun belakangan, Ria tinggal di Belanda bersama sang ibu. Sementara ayahnya sudah lama dipeluk Bumi. Kini, ia pulang ke Indonesia bersama ibunya untuk menemani sang nenek yang sudah menua.

"Bu Yatmi bisa duduk dulu." Kata Ria.
Ria masuk ke dalam rumah dan membawa toples berisi castangel serta 3 cangkir es teh manis.

"Mari diminum bu."

Bu Yatmi tanpa ragu meminum es teh yang disediakan itu, dalam beberapa detik saja es teh itu raib. Serta Arsa tampak lahap dengan kue keju lezat itu.

"Jadi begini bu. Saya ingin bertanya pada ibu tentang kehidupan sehari-hari Bu Yatmi. Apakah boleh?"

Bu Yatmi mengangguk, kemudian ia mulai menceritakan kehidupannya..

"Jadi begini mbak Ria. Pekerjaan sehari-hari saya adalah mengemis dan memulung. Setiap pagi saya bangun sebelum subuh dan merapikan rumah saya. Setelah itu saya pergi ke surau untuk melaksanakan solat subuh. Kemudian saya pergi dengan membawa karung kosong alias memulung berkeliling di daerah saya. Terkadang tetangga saya memberikan saya banyak barang plastik atau barang bekas. Dan saya mengumpulkannya ke pengepul. Setelah itu saya pulang ke rumah dan menjaga anak saya ini. Selama mulung, ya, suami saya yang pegang. Suami saya sakit-sakitan. Jadi cuma bisa di rumah saja. Begitu selesai dhuhur saya pergi ke perempatan untuk mencari nafkah yang lain dengan jalan meminta-minta. Saya bingung harus ngapain lagi. Ijazah saja saya nggak punya. Kemampuan saya paling cuma bersih-bersih. Saya sudah mencari jasa sebagai pembantu tetapi tidak ada yang membutuhkan. Kalau siang anak saya kadang rewel dan minta ikut. Kadang saya kasihan tapi gimana." Kata Bu Yatmi panjang lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun