Mohon tunggu...
Efril Zen M Tondang, S.IP, RFP
Efril Zen M Tondang, S.IP, RFP Mohon Tunggu... Financial Consultant -

Penulis adalah Seorang Perencana Keuangan yang sudah menekuni profesi Perencana Keuangan lebih dari 10 Tahun. Registered Financial Planner dari Universitas Indonesia dan FPSB Indonesia Telah membantu ratusan orang menyiapkan solusi financial untuk masa depan keluarganya Terpanggil untuk membantu masyarakat Indonesia mengerti pentingnya membuat perencanaan keuangan untuk masa depan yang lebih baik. Financial Consultant 081315674233

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Sedih Seorang Anak Yatim

23 Oktober 2016   16:52 Diperbarui: 26 Juni 2018   23:13 2883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sampai suatu ketika sepulang bermain Golf dengan teman-temannya, sesampainya di depan rumahnya Pak Anton seperti biasa membereskan peralatan-peralatan Golfnya dari Mobil namun tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh dia rasakan. Supirnya melihat Pak Anton menaruh tangan kanannya di dada kirinya seperti menahan rasa sakit yang luar biasa dan tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri. 

Lalu supir dan istrinya serta anaknya bergegas membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Diagnosa awal dari dokter adalah Serangan Jantung. Dokter spesialis jantung langsung menanganinya dengan sangat intensif. Dirawat 3 hari akhirnya Pak Anton dipanggil oleh Tuhan meninggalkan istri tercintanya dan anak tersayangnya Angela tanpa pesan-pesan cinta dan kasih sayang yang biasa diucapkannya ke istri dan anaknya. 

Sepeninggalan Suaminya Bu Shella sangat terpukul dan terpuruk ekonominya. Usaha yang baru saja dirintis dengan modal pinjaman dari Bank terpaksa gulung tikar dan hutang Bank tidak mampu dibayarkan hingga rumah yang mereka tempati dan aset lainnya disita oleh Bank. Tabungan lama kelamaan habis dan anaknya Angela pun terpaksa dipindahkan ke sekolah yang sangat sederhana dan mereka tinggal dirumah yang sangat sederhana dan tanpa kendaraan serta tanpa supir yang biasa selalu siap mengantarkan mereka kemana saja mereka ingin pergi. 

Kehidupan Bu Shella dan anaknya sangat jauh dari harapan-harapan yang pernah terbayang dalam pikiran mereka sebelumnya. Impian anaknya untuk menjadi dokter spesialis jantung pun seolah sirna namun Angela semakin bulat hatinya ingin menjadi dokter spesialis jantung agar bisa menyelamatkan nyawa banyak orang yang mengalami nasib yang sama dengan almarhum Ayahnya meskipun impian itu seolah sirna melihat kondisi keuangan Ibunya yang sudah tidak sama lagi. Sungguh terlalu berat untuk dipikirkan dan dirasakan anak sekecil Angela yang terkenal sangat cerdas di kelasnya itu. 

Suatu hari saat membereskan tumpukan-tumpukan dokumen dalam tas kerja almarhum suaminya Bu Shella menemukan sebuah Ilustrasi Perhitungan Asuransi Jiwa dari salah satu Perusahaan Asuransi Jiwa ternama. Di ilustrasi itu tercantum Angka Manfaat Rp. 3 Milyar Asuransi Jiwa dengan setoran Rp. 2,5 Juta per bulan dan sudah dibubuhi tanda tangan Almarhum dan juga ada data agennya yang Bu Shella sangat kenal dekat.

Tanpa berpikir panjang Bu Shella langsung telepon Agen tersebut menanyakan apakah almarhum suaminya ada ikut Program Asuransi Jiwa Rp. 3 Milyar seperti di ilustrasi tersebut karena Bu Shella yakin uang Rp. 2,5 Juta bukanlah angka yang terlalu besar buat almarhum suaminya. Si agen asuransi menjawabnya dengan sangat sedih. Agen tersebut menceritakan bahwa ilustrasi itu sudah hampir setahun yang lalu dan setiap ditanyakan kapan mulai Almarhum selalu menjawab "nanti saja, sudah saya tanda tangan tapi lagi banyak pengeluaran. Jika sudah oke Saya akan kasih kabar. Saya Lagi merintis usaha, belum untung, utang ke Bank mesti dibayar setiap bulan. Uang sekolah anak mahal karena di sekolah bertaraf internasional." Demikian jawaban yang selalu diberikan oleh almarhum.

Agen tersebut juga menjelaskan kalau dia  sudah berusaha menjelaskan bahwa justru karena kondisi seperti itulah program asuransi jiwa sangat penting buat almarhum supaya jika terjadi resiko dapat menutupi semua hutang dan dapat menjamin gaya hidup keluarga tetap sama. 

Setelah pembicaraan itu Bu Shella hanya bisa tertunduk diam sambil menangis melihat ilustrasi asuransi jiwa itu ditangannya. Anaknya Angela melihat Ibunya menangis lalu datang mendekat memeluk ibunya dan bertanya kenapa Ibu menangis? Lalu ibunya menjawab kalau dia baru saja menemukan surat cinta Ayahnya yang tertunda untuk Angela. Bu Shella menyederhanakan arti asuransi jiwa bagi anaknya sebagai surat cinta maklum anaknya masih kelas 2 SD. 

Sejak hari itu Ibunya bertekad untuk menjadi agen asuransi dan mempunyai misi dalam hatinya bahwa semua orang terutama seorang kepala rumah tangga atau pencari nafkah utama wajib memiliki asuransi jiwa jika benar-benar sayang kepada istri dan anaknya sambil membawa ilustrasi suaminya yang tidak pernah diproses tersebut ke calon-calon nasabah dan dia akan selalu menceritakan kisah anak yatim seperti Angela anaknya yang kesusahan karena Ayahnya tidak punya Asuransi Jiwa.

Sampai kisah ini Saya tulis Bu Shella sedang berjuang keras banting tulang di industri asuransi untuk menafkahi anak semata wayangnya dan berjanji kepada dirinya untuk anaknya bisa mewujudkan cita-cita anaknya menjadi dokter spesialis jantung dan mengemban sebuah misi mulia agar semua orang tidak perlu mengalami apa yang dia dan anaknya alami jika semua orang mengerti mengubah uang kecil mereka menjadi uang besar melalui Asuransi Jiwa.

Semoga misi mulia Bu Shella dan impian anaknya tercapai. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun