Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Getir Ojek Kampus

2 Februari 2017   21:12 Diperbarui: 18 Juni 2017   07:33 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalangan mahasiswa yang menempah dirinya di kampus-kampus di kota Malang dihadapkan pada pilihan demi menapaki hidup. Ada yang berjubah relawn menyusuri setiap penjuru desa, ada yang memeras otak dan tenaga sebagai aktivis atau organisatoris, dan ada yang menuangkan pekerjaan paruh waktu dalam catatan rutin hariannya.

Hal terakhir yang disebutkan tadi yang diangkat dalam tulisan ini. Macam-macam yang dilakoni, semisalnya pramusaji di kafe, di butik, di rumah makan, di toko buku, atau dimana-manalah. Ada juga yang menetaskan ide kreatif menjadi sebuah perniagaan, lalu diperolehnya pendapatan.

Saya sendiri mengambil peran sebagai pengemudi Kuyjek, ojek kampus yang berbasis di Kota Malang. Sederhana saja, melajulah di atas aspal Kota Malang berbekal gawai, dan sepeda motor tentunya.

Sederhana, namun tidak berarti segala anggapannya berjalan semudah ucapan. Ada yang mengira jasa antar jemput dan pengiriman barang ini sungguh membuang waktu. Maksudnya, tidak sepadan antara tenaga, waktu dan besaran saku yang masuk ke dalam kantong. Apalagi saya dan beberapa yang menempatkan diri kepada profesi ini adalah orang-orang yang tengah menyandang status mahasiswa. Sekalipun paruh waktu, kapasitas yang melekat pada mahasiswa itu harus berbanding lurus dengan keagungan namanya, dalam artian, pundi-pundi kantong harus terukur tebal.

Marilah berpikir eklektis, mengambil baiknya dan menjauhkan hal buruk-buruknya. Seorang kakak tingkat yang bercita-cita duduk dibangku kuliah STF Driyarkara menyampaikan dalil filsafatnya, “hidup ini sebenarnya biasa-biasa saja. Yang ada hanyalah penafsiran orangterhadap hidup.”  

Apa semata-mata uang dan pendapatan yang mengindahkan pandangan? Sebagaimana kita tahu bahwa memang tujuan sebagian pekerja paruh waktu adalah uang saku demi membiayai kebutuhan sehari-hari dan kegiatan tambahan lainnya. Namun, saya sendiri menganggap uang bukanlah keutamaan yang harus dicapai.

Kita dapat belajar dari mahasiswa di Prancis, negara di Eropa bagian selatan. Selama menempuh bangku perkuliahan, mereka menghabiskan waktu sehari-hari dengan mengambil pekerjaan paruh waktu. Kemandirian sudah menjadi budaya yang sangat dijunjung tinggi. Dan pekerjaan tersebut bukanlah sesuatu yang menuntut mereka memperoleh banyak pundi-pundi.

Mereka bekerja di berbagai bidang yang hampir sama ditemukan di Indonesia: menjaga kafe, volunteer berbagai kegiatan, dan juga seorang perawat anak. Maka, tidak mengherankan apabila salah satu di antara kita ingin menempuh pendidikan di sana, pihak universitas akan mengarahkan rekomendasi pekerjaan atau orang tua asuh untuk menjamin kelangsungan hidup mahasiswanya.

Pada akhirnya, apa tujuan sebenarnya menjadi seorang rider Kuyjek? Bagi saya, tujuan yang hendak dicapai adalah berproses. Mungkin terdengar absurd, tetapi memang tidak seorangpun tahu apa yang terjadi di hari esok. Carpe diam, raihlah hari ini!

Mahasiswa-mahasiswa di Prancis tidak perlu pusing berpikir pakaian indah yang harus dikenakan, sebab mereka telah membiasakan keindahan dalam keseharian. Keindahan adalah hasrat dalam hari-hari mereka. Oleh karena itu, mereka merasa yakin melakukan sesuatu karena didorong oleh kehendak yang melebihi angka dan materi. Darah muda, kata Rhoma Irama, yang tidak pernah mau mengalah.

Dari sanalah saya memeroleh perasaan luar biasa untuk memahami perbedaan setiap orang lebih dalam. Sebab hal istimewa itu diperoleh dari pertemuan dengan banyak orang-orang yang memakai Kuyjek. Apalagi dalam keadaan darurat dan hujan yang awetnya bukan kepayang belakangan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun